Jumat, 17 Desember 2010

PETUNJUK CARA BERINTERNET

LANGKAH-LANGKAH BERINTERNET
1.HIDUPKAN KOMPUTER
2.TENTUKAN LANGKAH APA YANG AKAN KITA INGINKAN/CARI
3.MASUKLAH KE MESIN PENCARI www.google.co.id
4.MASUKKAN KATA ATAU FRASE YANG KITA CARI PADA KOLOM LALU KLIK ATAU ENTER TUNGGU BEBERAPA DETIK
5.PILIH SALAH SATU DARI HASIL YANG TELAH DIMUNCULKAN
6.SELESAI

Minggu, 14 November 2010

Trilogi Dakwah Nabi dan Civil Society

Prof. Dr. Tolhah Hasan: Trilogi Dakwah Nabi dan Civil Society
Terkait dengan kebijakan-kebijakan yang dirasa kurang menguntungkan bagi rakyat, Apa tindakan Kyai?

Kita semua punya hak dan kewajiban untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Masing-masing kita harus jeli dengan melihat posisi kita di mana? dan cara apa yang kita lakukan? tentang bagaimana kita akan menyusun rencana dan kita melangkah. Seorang anggota DPR senantiasa melakukan program secara maksimal dan dialah yang mengerti seluk beluk instansi itu. Diluar itu ada kalangan pers yang senantiasa memonitor kejadian-kejadian yang terjadi di lapangan dan disampaikan dengan bahasa yang informatif kepada masyarakat. Kesemuanya harus bersemangatkan adil, karena ruh keadilan itu bersumber dari agama Islam.

'Ad-dhoror la yuzalu bidhoror'

Konsep ini menuntut dengan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban. Seorang Ulama harus memegang teguh prinsip itu. Jika saja kita datang ke pejabat, ya jangan meminta sumbangan saja, akan tetapi berikan pikiran-pikiran yang konstruktif (membangun).

Akan timbul kekacauan lebih besar jika seorang da'i mengolok-olok kinerja pemerintah, tanpa dibarengi semangat adil. Kalau pemerintah melakukan kesalahan, maka ingatkan dengan lisan yang ringan, tapi mengena. Mekanisme dakwah yang tidak dibarengi dengan semangat adil itu bertentangan dengan syariat, ad-dhoror la yuzallu biddhoror.

Poin yang tidak kalah penting adalah peningkatan kualitas dakwah, artinya kita juga harus mengerti secara detail perkara yang kita dakwahi, dan problem-problem yang ada. Semisal masalah ekonomi maka seorang da'i juga harus mendalami masalah ekonomi, syukur-syukur kita memberi masukan yang bisa meringankan masalah mereka.
Lantas apa yang dimaksud dengan masyarakat Madani itu?

Natural society-masyarakat awam tanpa pemerintah, kemudian mereka butuh siapa yang menjadi pemerintah, dan siapa yang diperintah? Akhirnya terbentuklah kesepakatan antara mereka maka dengan demikian terbentuklah political society (masyarakat politik). Realitas yang terjadi kemudian adalah penguasa terlalu berlebih-lebihan dari yang dipimpin, dan rakyat hanya sebagai . Ini terjadi di negara Saudi Arabia yang berbentuk kerajaan, faktanya rakyat hanya diberi beberapa persen suatu kewenangan saja, selebihnya milik Kerajaan . Dari fenomena itulah ada kesadaran baru, membuat kontrak-kontrak sosial, masyarakat harus punya kekuatan tersendiri yang mengimbangi kekuatan pemerintah. Inilah fenomena civil society (masyarakat madani).

Untuk memberdayakan masyarakat itu banyak mekanismenya, jangan dipaku dalam satu pendapat saja, biarkan kebebasan pers mengungkap, dan pemerintah mempunyai cara tersendiri untuk menilainya. Dalam bidang ekonomi masyarakat harus punya hak untuk membangun perekonomian mereka, tidak harus selalu menunggu dari pemerintah.

Ujung-ujungnya ketidakberhasilan masyarakat mencapai tingkat civil society, karena kebodohan masyarakat saja, disamping tingkat pendidikan mereka yang sangat rendah. Ada ketimpangan pendidikan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Berbeda dengan di Australia, Singapura dan beberapa negara maju lainnya, gaji seorang guru bisa sama dengan seorang menteri atau anggota dewan.

Dalam pelayanan kesehatan misalnya, daerah yang terbelakang penyelenggaraannya dilakukan oleh pemerintah saja, sedangkan didaerah yang maju pelayanan kesehatan telah dilakukan oleh masyarakat sendiri.
Ada fase-fase dakwah yang mungkin telah dicontohkan oleh Rasulullah, klimaksnya adalah masyarakat madani (civil society) yang menjadi idaman kita sekarang?

Sebuah hadits menerangkan evaluasi dakwah nabi, dan beliau bertanya kepada sahabat yang berbunyi:

'Alastum dhulalan fahadakumullah? Wakuntum fariiqon fa allafallahu quluubakum? Akuntum fuqoro fa agnakumullah?'

Pernyataan hadits yang pertama berbunyi

'Alastum dhulalan fahadakumullah?'

Tidakkah kalian kaum yang tersesat (penyembah berhala, penyembah api), maka Allah memberi hidayat pada kalian berupa agama Islam.

Ini adalah fase pertama dakwah yaitu menyelamatkan umat dari akidah yang sesat, yang menyimpang dari agama yang diridloi Allah.

Potongan selanjutnya berbunyi

'Wakuntum mutafarriqiin fa allafakumullah'.

Dulu kalian adalah kaum yang bermusuhan satu sama lain.

Maka dengan kedatangan Islam, Allah mengubah hati-hati kalian dari masyarakat konflik menuju masyarakat yang bersatu satu sama lain. Jangan kemudian dibalik, dari masyarakat yang rukun menjadi masyarakat yang berpecahbelah, setelah menerima dakwah itu.

Yang terakhir adalah

'akuntum 'aalatan fa aghnakumullah '.

Hal ini berarti setelah melalui dua konsep treatment dakwah tersebut, langkah dakwah selanjutnya adalah membangun sebuah kekuatan ekonomi, yang bermanfaat bagi upaya kesejahteraan umat Islam.

'Tiga fase dakwah itu harus dipegang oleh seorang da'i, agar tidak kemudian lupa pada dakwah yang dilakukannya. Kebanyakan lupa kalau tugas mereka bukan hanya menerima amplop, malahan harus menyejahterakan mereka '. Ujar beliau menyinggung kita sebagai kader dakwah masa depan yang diharap mengerti betul permasalahan umat mendatang.
Bagaimana penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah, apakah sudah sesuai dengan apa yang diterapkan oleh nabi kepada sahabatnya?

Saya tidak menilai apakah kurikulum itu sudah sesuai apa betul, namun jika saja kita mau merubah metodologi yang diajarkan alangkah baiknya. Kurikulum yang sedikit dengan metodologi yang bagus itu lebih sesuai dari pada kurikulum yang banyak dengan metodologi yang tidak mengena alias asal jalan saja. Contoh saja mengapa pelajaran Bahasa Arab dari Ibtida'iyyah sampai aliyah yang disampaikan tidak bisa melekat betul pada anak didik kita. Jika saja dikumpulkan pada orang arab, tetap saja mereka tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Padahal pendidikan bahasa paling efektif bisa diajarkan selama enam bulan saja. Ini bukan Bahasa Arabnya yang salah, atau kurikulumnya yang tidak efektif, akan tetapi metodologinya yang tidak mengena. Sangat tidak efektif dan buang-buang waktu. Metodologi yang efektif dan masalah kompetensi guru sangat mutlak diperlukan dan ditingkatkan.
Bagaimana kyai mensosialisasikan hal-hal yang demikian kepada Pemerintah?

Ya Jelas sudah saya lakukan, sekuat kemampuan saya, bukan harus lewat podium saja.Lewat kunjungan ke Presiden saya telah sampaikan kemarin. Presiden malah balik tanya,

"Kenapa NU sekarang senang membahas perihal sosial?"

Jawab saya,

"Ya bagaimana tidak, wong lingkungan kita dan warga kita benar-benar ikut larut dalam musibah yang selama ini terjadi di Indonesia. Dari tanah longsong, hujan, lumpur Lapindo, gunung meletus, kebanyakan korban adalah masyarakat NU, jadi dengan mengurus mereka bukan berarti meninggalkan dakwah, akan tetapi mengubah manhaj dakwah kita dari dakwah podium menjadi dakwah yang mengubah kesejahteraan hidup masyarakat kita."
sumber http://pesantren.or.id.42303.masterweb.net/dalwa.bangil/cgi-bin/dalwa.cgi/al_bashiroh/artikel/40-jan08-tolhah_hasan_trilogi_dakwah_civil_society.single?seemore=y

Bekal pernikahan [1]

Bekal pernikahan [1]

Oleh : Dr M. Quraish Shihab


Kamus Besar Bahasa Indonesia mengertikan kata "nikah" sebagai (1) perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami isteri (dengan rasmi); (2) perkahwinan. Al-Quran menggunakan kata ini untuk makna tersebut, di samping secara majazi diertikannya dengan "hubungan seks". Kata ini dalam berbagai bentuknya ditemukan sebanyak 23 kali. Secara bahasa pada mulanya kata nikah digunakan dalam erti "berhimpun".

Al-Quran juga menggunakan kata zawwaja dan kata zauwj yang bererti "pasangan" untuk makna di atas. Ini kerana pernikahan menjadikan seseorang memiliki pasangan. Kata tersebut dalam berbagai bentuk dan maknanya terulang tidak kurang dari 80 kali.

Secara umum Al-Quran hanya menggunakan dua kata ini untuk menggambarkan terjalinnya hubungan suami isteri secara sah. Memang ada juga kata wahabat (yang bererti "memberi") digunakan oleh Al-Quran untuk melukiskan kedatangan seorang wanita kepada Nabi Saw., dan menyerahkan dirinya untuk dijadikan isteri. Tetapi agaknya kata ini hanya berlaku bagi Nabi Saw. (QS Al-Ahzab [33]: 50).

Kata-kata ini, mempunyai implikasi hukum dalam kaitannya dengan ijab kabul (serah terima) pernikahan, sebagaimana akan dijelaskan kemudian.

Pernikahan, atau tepatnya "keberpasangan" merupakan ketetapan Ilahi atas segala makhluk. Berulang-ulang hakikat ini ditegaskan oleh Al-Quran antara lain dengan firman-Nya:

Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu menyedari (kebesaran Allah) (QS Al-Dzariyat [51]: 49).

Mahasuci Allah yang telah menciptakan semua pasangan, baik dari apa yang tumbuh di bumi, dan dari jenis mereka (manusia) mahupun dari (makhluk-makhluk) yang tidak mereka ketahui (QS Ya Sin [36]: 36).

BERPASANGAN ADALAH FITRAH

Mendambakan pasangan merupakan fitrah sebelum dewasa, dan dorongan yang sulit dibendung setelah dewasa. Oleh kerana itu, agama mensyariatkan dijalinnya pertemuan antara lelaki dan wanita, dan kemudian mengarahkan pertemuan itu sehingga terlaksananya "perkahwinan", dan beralihlah kerisauan lelaki dan wanita menjadi ketenteraman atau sakinah dalam istilah Al-Quran surat Ar-Rum (30): 21. Sakinah terambil dari akar kata sakana yang bererti diam/tenangnya sesuatu setelah bergejolak. Itulah sebabnya mengapa pisau dinamai sikkin kerana ia adalah alat yang menjadikan binatang yang disembelih tenang, tidak bergerak, setelah tadinya ia meronta. Sakinah --kerana perkahwinan-- adalah ketenangan yang dinamis dan aktif, tidak seperti kematian binatang.

Guna tujuan tersebut Al-Quran antara lain menekankan perlunya kesiapan fisik, mental, dan ekonomi bagi yang ingin menikah. Walaupun para wali diminta untuk tidak menjadikan kelemahan di bidang ekonomi sebagai alasan menolak peminang: "Kalau mereka (calon-calon menantu) miskin, maka Allah akan menjadikan mereka kaya (berkecukupan) berkat anugerah-Nya" (QS An-Nur [24]: 31). Yang tidak memiliki kemampuan ekonomi dianjurkan untuk menahan diri dan memelihara kesuciannya "Hendaklah mereka yang belum mampu (kahwin) menahan diri, hingga Allah menganugerahkan mereka kemampuan" (QS An-Nur [24]: 33)

Di sisi lain perlu juga dicatat, bahawa walaupun Al-Quran menegaskan bahawa berpasangan atau kahwin merupakan ketetapan Ilahi bagi makhluk-Nya, dan walaupun Rasul menegaskan bahawa "nikah adalah sunnahnya", tetapi dalam saat yang sama Al-Quran dan Sunnah menetapkan ketentuan-ketentuan yang harus diindahkan --lebih-lebih kerana masyarakat yang ditemuinya melakukan praktik-praktik yang amat berbahaya serta melanggar nilai-nilai kemanusiaan, seperti misalnya mewarisi secara paksa isteri mendiang ayah (ibu tiri) (QS Al-Nisa' [4]: 19).

Bahkan menurut Al-Qurthubi ketika larangan di atas turun, masih ada yang mengahwini mereka atas dasar suka sama suka sampai dengan turunnya surat Al-Nisa' [4]: 22 yang secara tegas menyatakan.

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita yang telah dinikahi oleh ayahmu tetapi apa yang telah lalu (dimaafkan oleh Allah).

Imam Bukhari meriwayatkan melalui isteri Nabi, Aisyah, bahawa pada masa Jahiliah, dikenal empat macam pernikahan. Pertama, pernikahan sebagaimana berlaku kini, dimulai dengan pinangan kepada orang tua atau wali, membayar mahar dan menikah. Kedua, adalah seorang suami yang memerintahkan kepada isterinya apabila telah suci dari haid untuk menikah (berhubungan seks) dengan seseorang, dan bila ia telah hamil, maka ia kembali untuk digauli suaminya; ini dilakukan guna mendapat keturunan yang baik. Ketiga, sekelompok lelaki kurang dari sepuluh orang, kesemuanya menggauli seorang wanita, dan bila ia hamil kemudian melahirkan, ia memanggil seluruh anggota kelompok tersebut --tidak dapat absen-- kemudian ia menunjuk salah seorang pun yang seorang yang dikehendakinya untuk dinisbahkan kepadanya nama anak itu, dan yang bersangkutan tidak boleh mengelak. Keempat, hubungan seks yang dilakukan oleh wanita tunasusila, yang memasang bendera atau tanda di pintu-pintu kediaman mereka dan "bercampur" dengan siapa pun yang suka kepadanya. Kemudian Islam datang melarang cara perkahwinan tersebut kecuali cara yang pertama.

SIAPA YANG TIDAK BOLEH DINIKAHI?

Al-Quran tidak menentukan secara rinci tentang siapa yang dikahwini, tetapi hal tersebut diserahkan kepada selera masing-masing:

Maka kahwinilah siapa yang kamu senangi dari wanita-wanita (QS An-Nisa [4]: 3)

Meskipun demikian, Nabi Muhammad Saw. menyatakan,

Biasanya wanita dinikahi kerana hartanya, atau keturunannya, atau kecantikannya, atau kerana agamanya. Jatuhkan pilihanmu atas yang beragama, (kerana kalau tidak) engkau akan sengsara (Diriwayatkan melalui Abu Hurairah).

Di tempat lain, Al-Quran memberikan petunjuk, bahawa Laki-laki yang berzina tidak (pantas) mengahwini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak pantas dikahwini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik (QS Al-Nur [24): 3).

Walhasil, seperti pesan surat Al-Nur (24): 26, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji. Dan Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)".

Al-Quran merinci siapa saja yang tidak boleh dikahwini seorang laki-laki.

Diharamkan kepada kamu mengahwini ibu-ibu kamu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapamu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusukan kamu, saudara perempuan sepesusuan, ibu-ibu isterimu (mertua), anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengahwininya; (dan diharamkan juga bagi kamu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu), dan menghimpunkan (dalam perkahwinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan diharamkan juga mengahwini wanita-wanita yang bersuami (QS Al-Nisa' [4]: 23-24).

Kalaulah larangan mengahwini isteri orang lain merupakan sesuatu yang dapat dimengerti, maka mengapa selain itu --yang disebut di atas-- juga diharamkan? Di sini berbagai jawaban dapat dikemukakan.

Ada yang menegaskan bahawa perkahwinan antara keluarga dekat, dapat melahirkan anak cucu yang lemah jasmani dan rohani, ada juga yang meninjau dari segi keharusan menjaga hubungan kekerabatan agar tidak menimbulkan perselisihan atau perceraian sebagaimana yang dapat terjadi antara suami isteri.

Ada lagi yang memandang bahawa sebahagian yang disebut di atas, berkedudukan semacam anak, saudara, dan ibu kandung, yang kesemuanya harus dilindungi dari rasa berahi. Ada lagi yang memahami larangan perkahwinan antara kerabat sebagai upaya Al-Quran memperluas hubungan antara keluarga lain dalam rangka mengukuhkan satu masyarakat.

PERKAHWINAN ANTARA PEMELUK AGAMA YANG BERBEDA

Al-Quran juga secara tegas melarang perkahwinan dengan orang musyrik seperti Firman-Nya dalam surat Al-Baqarah (2):

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman.

Larangan serupa juga ditujukan kepada para wali agar tidak menikahkan perempuan-perempuan yang berada dalam perwaliannya kepada laki-laki musyrik.
Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman (QS A1-Baqarah [2]: 221).

Menurut sementara ulama walaupun ada ayat yang membolehkan perkahwinan lelaki Muslim dengan wanita Ahl Al-Kitab (penganut agama Yahudi dan Kristen), yakni surah Al-Maidah (51: 5 yang menyatakan, "Dan (dihalalkan pula) bagi kamu (mengawini) wanita-wanita terhormat di antara wanita-wanita yang beriman, dan wanita-wanita yang terhormat di antara orang-orang yang dianugerahi Kitab (suci) "(QS Al-Ma-idah [5]: 5).

Tetapi izin tersebut telah digugurkan oleh surat Al-Baqarah ayat 221 di atas. Sahabat Nabi, Abdullah Ibnu Umar, bahkan mengatakan:

"Saya tidak mengetahui kemusyrikan yang lebih besar dan kemusyrikan seseorang yang menyatakan bahawa Tuhannya adalah Isa atau salah seorang dari hamba Allah."

Pendapat ini tidak didukung oleh majoriti sahabat Nabi dan ulama. Mereka tetap berpegang kepada teks ayat yang membolehkan perkahwinan semacam itu, dan menyatakan bahawa walaupun aqidah Ketuhanan ajaran Yahudi dan Kristen tidak sepenuhnya sama dengan aqidah Islam, tetapi Al-Quran tidak menamai mereka yang menganut Kristen dan Yahudi sebagai orang-orang musyrik. Firman Allah dalam surat A1-Bayyinah (98): 1 dijadikan salah satu alasannya.

Orang kafir yang terdiri dari Ahl Al-Kitab dan Al-Musyrikin (menyatakan bahawa) mereka tidak akan meninggalkan agamanya sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata (QS. Al-Bayyinah [98]: 1).

Ayat ini menjadikan orang kafir terbahagi dalam dua kelompok berbeza, iaitu Ahl Al-Kitab dan Al-Musyrikin. Perbezaan ini dipahami dari kata "wa" yang diterjemahkan "dan", yang oleh pakar bahasa dinyatakan sebagai mengandung makna "menghimpun dua hal yang berbeda."

Larangan mengahwinkan perempuan Muslimah dengan lelaki non-Muslim --termasuk lelaki Ahl Al-Kitab-- diisyaratkan oleh Al-Quran. Isyarat ini dipahami dari redaksi surah Al-Baqarah (2): 221 di atas, yang hanya berbicara tentang bolehnya perkahwinan lelaki Muslim dengan wanita Ahl Al-Kitab, dan sedikit pun tidak menyinggung sebaliknya. Sehingga, seandainya pernikahan semacam itu dibolehkan, maka pasti ayat tersebut akan menegaskannya.

Larangan perkahwinan antara pemeluk agama yang berbeza itu agaknya dilatarbelakangi oleh harapan akan lahirnya sakinah dalam keluarga. Perkahwinan baru akan langgeng dan tenteram jika terdapat kesesuaian pandangan hidup antara suami dan isteri, karena jangankan perbezaan agama, perbezaan budaya, atau bahkan perbezaan tingkat pendidikan antara suami dan isteri pun tidak jarang mengakibatkan kegagalan perkahwinan. Memang ayat itu membolehkan perkahwinan antara lelaki Muslim dan perempuan Utul-Kitab (Ahl Al-Kitab), tetapi kebolehan itu bukan saja sebagai jalan keluar dari kebutuhan mendesak ketika itu, tetapi juga kerana seorang Muslim mengakui bahawa Isa a.s. adalah Nabi Allah pembawa ajaran agama. Sehingga, lelaki yang biasanya lebih kuat dari wanita --jika beragama Islam-- dapat mentoleransi dan mempersilakan Ahl Al-Kitab menganut dan melaksanakan syariat agamanya,

Bagi kamu agamamu dan bagiku agamaku (QS Al-Kafirun [109]: 6).

Ini berbeza dengan Ahl Al-Kitab yang tidak mengakui Muhammad Saw. sebagai nabi.

Di sisi lain harus pula dicatat bahawa para ulama yang membolehkan perkahwinan lelaki Muslim dengan Ahl Al-Kitab, juga berbeza pendapat tentang makna Ahl Al-Kitab dalam ayat ini, serta keberlakuan hukum tersebut hingga kini. Walaupun penulis cenderung berpendapat bahawa ayat tersebut tetap berlaku hingga kini terhadap semua penganut ajaran Yahudi dan Kristen, namun yang perlu diingat bahawa Ahl Al-Kitab yang boleh dikahwini itu, adalah yang diungkapkan dalam redaksi ayat tersebut sebagai "wal muhshanat minal ladzina utul kitab". Kata al-muhshnnat di sini bererti wanita-wanita terhormat yang selalu menjaga kesuciannya, dan yang sangat menghormati dan mengagungkan Kitab Suci. Makna terakhir ini difahami dari penggunaan kata utuw yang selalu digunakan Al-Quran untuk menjelaskan pemberian yang agung lagi terhormat. [1] Itu sebabnya ayat tersebut tidak menggunakan istilah Ahl Al-Kitab, sebagaimana dalam ayat-ayat lain, ketika berbicara tentang penganut ajaran Yahudi dan Kristen.

Pada akhirnya betapa pun berbeda pendapat ulama tentang boleh tidaknya perkahwinan Muslim dengan wanita-wanita Ahl Al-Kitab, namun seperti tulis Mahmud Syaltut dalam kumpulan fatwanya.[2]

Pendapat para ulama yang membolehkan itu berdasarkan kaedah syar'iyah yang normal, iaitu bahawa suami memiliki tanggung jawab kepemimpinan terhadap isteri, serta memiliki wewenang dan fungsi pengarahan terhadap keluarga dan anak-anak. Adalah kewajiban seorang suami Muslim --berdasarkan hak kepemimpinan yang disandangnya-- untuk mendidik anak-anak dan keluarganya dengan akhlak Islam. Laki-laki diperbolehkan mengahwini non-Muslimah yang Ahl Al-Kitab, agar perkahwinan itu membawa misi kasih sayang dan harmonisme, sehingga terkikis dari hati isterinya rasa tidak senangnya terhadap Islam. Dan dengan perlakuan suaminya yang baik yang berbeza agama dengannya itu, sang isteri dapat lebih mengenal keindahan dan keutamaan agama Islam secara amaliah praktis, sehingga ia mendapatkan dari dampak perlakuan baik itu ketenangan, kebebasan beragama, serta hak-haknya yang sempurna, lagi tidak kurang sebaik isteri.

Selanjutnya Mahmud Syaltut menegaskan bahawa kalau apa yang dilukiskan di atas tidak terpenuhi --sebagaimana sering terjadi pada masa kini-- maka ulama sepakat untuk tidak membenarkan perkahwinan itu, termasuk oleh mereka yang tadinya membolehkan.

Kalau seorang wanita Muslim dilarang kahwin dengan non-Muslim kerana kekhuawatiran akan terpengaruh atau berada di bawah kekuasaan yang berlainan agama dengannya, maka demikian pula sebaliknya. Perkahwinan seorang lelaki Muslim, dengan wanita Ahl Al-Kitab harus pula tidak dibenarkan jika dikhuawatirkan ia atau anak-anaknya akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Kamis, 29 April 2010

SENANDUNG ORANG-ORANG YANG BERPUASA

SENANDUNG

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasuullah, keluarga, dan sahabatnya.
Orang-orang yang berpuasa mempunyai lagu-lagu khusus, nyanyian yang dihormati dan senandung abadi.
Orang-orang yang berpuasa adalah yang terbanyak dzikir kepada Allah, paling banyak bertasbih, bertakbir dan beristigfar. Bila siang terasa panjang bagi orang yang berpuasa, mereka memendekkannya dengan berzikir, bila didera lapar, dzikir yang yang menghilangkan panasnya lapar. Dari berdzikir mereka peroleh kenikmatan, dari tasbih mereka peroleh kebahagiaan. Mereka mengingat Allah, maka Allah pun mengingat mereka.
“karena itu, ingatlah kepada-ku niscaya aku ingat kepadamu”
(Al-baqarah:153)

Mereka bersyukur kepada Allah, maka Allah pun menambah nikmat-nya atas mereka.
“Sungguh jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat
kepadamu.”(ibrahim:7)
orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh akan mengingat Allah, baik dalam keadaan duduk, berdiri atau berbaring.
Orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh hatinya akan tentram dengan mengingat Allah, ruhnya akan mmerasakan kebahagiaan dengan cinta kepada Allah, jiwanya merasa tenang dengan kerinduan kepada Allah.
Dalam hadist shahih Rasulullah Shallallahu Allaihi wasallam:
“perumpamaan orang yang mengingat tuhanya dan yang tidak mengingat adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati”
wahai berapa banyak orang yang mati karena tidak mengenal dzikrullah padahal ia hidup di dunia, makan , minum, bergembira dan membusungkan dada, tetapi mereka tidak memahami kehidupan selamanya.
Orang yang berpuasa memang termasuk manusia yang paling unggul dalam berbuat kebajikan, cepat kesurga, jauh dari api neraka. Buku catatannya sarat dengan kebajikan, maka kita layak mengucapkan selamat untuknya.
Dalam hadist shahih rosululla diriwayatklan bahwa rasululah berkata kepada seorang yang bertanya kepada beliau tentang pekerjaan yang harus dipegang teguh. Raslullah menjawab :
“hendaknya lidahmu selalu basah karea mengingat Allah”
ungkapan ini sungguh amat indah, bagaimana orang yang berpuasa merasa lapar padahal ia mengingat Allah selalu, bagaimana orang yang berpuasa merasa haus padahal ia bertasbih kepada Allah selalu.
Orang yang banyak mengingat Allah dengan dzikirnya itu telah membukukan pahala agung , cita-cita yang paling luhur, pemberian yang terbesar.
Bila orang-orang berpaling dari mengingat Allah, maka mereka akan diselimuti dan didera kesedihan berturut-turut. Sesungguhnya mereka punya obat, tetapi mereka tidak meminumnya, mereka punya terapi tetapi tidak mengetahuinya.
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati akan tenteram” (Ar-Ra d:30)
Banyak yang perlu kita ingat bahwa orang yang mendawakan suatu amal bajik akan memperoleh nilai umur dan nilai waktu.
“Detak hati berkata kepada manusia
sungguh kehidupan hanyalah menit dan detik
oleh karena itu ingatlah kematian
sebelum tiba kematian
sungguh bagi manusia mengat kematian
adalah umur kedua.”
Ya Allah, kembalikan Ramadhan kepada kami dalam hari-hari yang banyak, dalam tahun-tahun yang panjang, dalam busana kebajikan, dan perbaharuilah selalu taubah kami.

SENANDUNG ORANG-ORANG YANG BERPUASA

SENANDUNG ORANG-ORANG
YANG BERPUASA

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasuullah, keluarga, dan sahabatnya.
Orang-orang yang berpuasa mempunyai lagu-lagu khusus, nyanyian yang dihormati dan senandung abadi.
Orang-orang yang berpuasa adalah yang terbanyak dzikir kepada Allah, paling banyak bertasbih, bertakbir dan beristigfar. Bila siang terasa panjang bagi orang yang berpuasa, mereka memendekkannya dengan berzikir, bila didera lapar, dzikir yang yang menghilangkan panasnya lapar. Dari berdzikir mereka peroleh kenikmatan, dari tasbih mereka peroleh kebahagiaan. Mereka mengingat Allah, maka Allah pun mengingat mereka.
“karena itu, ingatlah kepada-ku niscaya aku ingat kepadamu”
(Al-baqarah:153)

Mereka bersyukur kepada Allah, maka Allah pun menambah nikmat-nya atas mereka.
“Sungguh jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat
kepadamu.”(ibrahim:7)
orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh akan mengingat Allah, baik dalam keadaan duduk, berdiri atau berbaring.
Orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh hatinya akan tentram dengan mengingat Allah, ruhnya akan mmerasakan kebahagiaan dengan cinta kepada Allah, jiwanya merasa tenang dengan kerinduan kepada Allah.
Dalam hadist shahih Rasulullah Shallallahu Allaihi wasallam:
“perumpamaan orang yang mengingat tuhanya dan yang tidak mengingat adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati”
wahai berapa banyak orang yang mati karena tidak mengenal dzikrullah padahal ia hidup di dunia, makan , minum, bergembira dan membusungkan dada, tetapi mereka tidak memahami kehidupan selamanya.
Orang yang berpuasa memang termasuk manusia yang paling unggul dalam berbuat kebajikan, cepat kesurga, jauh dari api neraka. Buku catatannya sarat dengan kebajikan, maka kita layak mengucapkan selamat untuknya.
Dalam hadist shahih rosululla diriwayatklan bahwa rasululah berkata kepada seorang yang bertanya kepada beliau tentang pekerjaan yang harus dipegang teguh. Raslullah menjawab :
“hendaknya lidahmu selalu basah karea mengingat Allah”
ungkapan ini sungguh amat indah, bagaimana orang yang berpuasa merasa lapar padahal ia mengingat Allah selalu, bagaimana orang yang berpuasa merasa haus padahal ia bertasbih kepada Allah selalu.
Orang yang banyak mengingat Allah dengan dzikirnya itu telah membukukan pahala agung , cita-cita yang paling luhur, pemberian yang terbesar.
Bila orang-orang berpaling dari mengingat Allah, maka mereka akan diselimuti dan didera kesedihan berturut-turut. Sesungguhnya mereka punya obat, tetapi mereka tidak meminumnya, mereka punya terapi tetapi tidak mengetahuinya.
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati akan tenteram” (Ar-Ra d:30)
Banyak yang perlu kita ingat bahwa orang yang mendawakan suatu amal bajik akan memperoleh nilai umur dan nilai waktu.
“Detak hati berkata kepada manusia
sungguh kehidupan hanyalah menit dan detik
oleh karena itu ingatlah kematian
sebelum tiba kematian
sungguh bagi manusia mengat kematian
adalah umur kedua.”
Ya Allah, kembalikan Ramadhan kepada kami dalam hari-hari yang banyak, dalam tahun-tahun yang panjang, dalam busana kebajikan, dan perbaharuilah selalu taubah kami.
FIQIH ZAKAT
Tanggal: 30/11/1999
diperbarui:30/11/1999
Oleh: Departemen Agama RI

I. PENDAHULUAN
1. Pengertian.
a. Zakat ialah sesuatu yang diberikan orang sebagai hak Allah kepada yang berhak menerima antara lain para fakir miskin, menurut ketentuan-ketentuan dalam agama Islam.
b. Zakat adalah rukun Islam yang ketiga. Dasar hukum wajibnya cukup banyak dan jelas diterangkan dalam Al-Qur\\'an dan Al Hadis. Karenanya umat Islam telah ijma\\'.
c. Harta yang dibagi-bagi itu namanya zakat, sedangkan kata zakat itu artinya bertambah suci dan berobah, karena dengan dikeluarkan zakatnya diharapkan kekayaan menjadi bertambah, suci dan barakah (serba kecukupan).
d. Zakat telah dijelaskan dalam Al-Qur\\'an pada 82 ayat (tempat). Dari antara ayat Al-Qur\\'an tersebut ialah Surah At Taubah ayat 103 : \\'"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka". Maksudnya, dengan zakat itu mereka menjadi bersih dari kekikiran dan dari berlebih-lebihan dalam mencintai harta benda."
Adapun dalam Al-Hadis di antaranya adalah : "Rasulullah waktu mengutus Sahabat Mu\\'adz bin Jabal ke negeri Yaman (yang telah ditaklukkan oleh umat Islam) bersabda : Engkau datang kepada kaum ahli kitab ajaklah rnereka kepada syahadat, bersaksi, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka telah taat untuk itu, beritahukanlah kepada mereka, bahwa Allah mewajibkan mereka melakukan shalat lima waktu dalarn sehari semalam. Jika mereka telah taat untuk itu, beritahukanlah kepada mereka, bahwa Allah mewajibkan mereka menzakati kekayaan mereka. Yang zakat itu diambil dari yang kaya dan dibagi-bagikan kepada yang fakir-fakir. Jika mereka telah taat untuk itu, makin hati hatilah (janganlah) mengambil yang baik-baik saja (bila kekayaan itu bernilai tinggi, sedang dan rendah, maka zakatnya harus meliputi nilai-nilai itu) hindari do\\'anya orang yang madhum (teraniaya) karena di antara do\\'a itu dengan Allah tidak terdinding (pasti dikabulkan)." Muadz diutus ke Yaman itu untuk menjadi wali negara itu dan sebagai hakim.
2. Awal Disyari\\'atkan
Zakat mulai disyari\\'atkan pada bulan Syawal tahun ke 2 Hijriah sesudah pada bulan Ramadlannya diwajibkan zakat fitrah. Jadi mula mula diwajibkan zakat fitrah, baru kemudian diwajibkan zakat mal atau kekayaan. Demikianlah kebanyakan penjelasan dalam buku-buku agama. Akan tetapi kitab Fikhussunnah dalain bab-zakat menerangkan, bahwa zakat itu sebelum Rasulullah berhijrah ke Madinah sudah diwajibkan secara garis besar. Yaitu belum terperinci benda-benda apa yang dikenakan zakat dan belum ada kadar nisabnya maupun kadar zakatnya. Disebut dalam Fikhussunnah : "Diwajibkan zakat pada permulaan Islam secara mutlak tidak dibatasi harta yang wajib dizakati itu, dan juga, tidak ditentukan kadar zakatnya. Yang sedemikian itu karena soal zakat diserahkan kepada perasaan para muslimin dan sifat pemurah mereka ."
3. Hikmah
Dalam Al-Qur\\'an dan Al-Hadis banyak terdapat himbauan agar orang membayar zakat. Di antara ayat Al-Qur\\'an adalah Surah Taubah (9:71) : "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma\\'ruf mencegah dari yang munkar, rnendirikan sembahyang, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan RalsulNya. Mereka itu akan diberi rahrnat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"
Di antara Hadis adalah : "Seorang lelaki datang kepada Rasulullah dan bertanya, Wahai Rasulullah, saya mempunyai kekayaan banyak dan mempunyai famili dan para tamu, beritahukanlan aku, bagaimana saya harus berbuat dan membelanjakan kekayaanku itu ? Jawab Rasulullah : Keluarkanlah zakat dari kekayaanmu, maka zakat itu akan merupakan kesucian yang menyucikan kamu, dan dengan zakat itu kamu dapat menyambung sanak kerabatmu dan dapat mengetahui hak orang miskin, tetangga dan pengemis"
"Seorang lelaki datang kepada Rasulullah bertanya, Bagaimanakah jika seorang Ielaki memberikan zakat hartanya ? Jawab Rasulullah : Barang siapa memberikan zakat hartanya, maka hilanglah kejelekannya"
a. Kekayaan adalah nikmat dari Allah SWT kepada hamba Nya yang harus disyukuri. Mensyukuri nikmat itu dapat dengan ucapan Alhamdulillah dan dapat pula dengan menggunakan nikmat itu sesuai dengan perintah Allah. Membayar zakat adalah diperintahkan oleh Allah, maka membayar zakat itu berarti mensyukuri nikmat. Nikmat yang disyukuri, dijanjikan oleh Allah akan ditambah.
b. Kekayaan yang dikumpulkan oleh seseorang, belum tentu dari hasil jerih payah dan keringat sendiri, tapi bisa juga dari hasil tenaga para buruh yang bekerja padanya. Misalnya seorang yang memiliki sepuluh hektar tanah, dalam penggarapannya tentu memerlukan tenaga orang lain, maka pada waktu ia memetik hasil tanah itu, misalnya padi, ia harus memberikan sebahagian dari hasil tanah itu kepada mereka yang ikut menggarapnya sebagai zakat, meskipun mereka itu pada waktu bekerja telah mendapat upah, karena mereka bagaimanapun tergolong fakir miskin.
c. Manusia di dunia ini ditakdirkan oleh Allah tidak sama keadaannya ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang kuat dan ada yang lemah. Ada yang pandai dan ada yang bodoh, ada yang berpangkat tinggi dan ada yang berpangkat rendah, begitulah selanjutnya. Oleh karena manusia itu tidak dapat hidup di dunia ini sendiri, tapi harus bekerja sama, maka yang kuat harus menolong yang lemah, yang besar harus menolong yang kecil dan begitulah selanjutnya. Dalam hal ini Rasulullah bersabda : "Bukan golonganku orang (besar) yang tidak belas kasihan kepada orang kecil. dan juga bukan golonganku orang kecil yang tidak menghargai orang besar\\'" Jadi zakat itu adalah uluran tangan orang besar kepada orang kecil atau miskin.
d. Zakat adalah mendidik dan membiasakan orang menjadi pemurah. Tabiat manusia biasanya bersifat kikir. Agar tidak demikian ia diwajibkan membayar zakat sehingga akhirnya ia bisa memberikan sesuatu kepada orang lain yang artinya ia tidak kikir lagi.
e. Di antara pencuri atau perampok ada yang disebabkan karena kemiskinan. Keadaan yang serupa itu, jika mereka telah tertolong dengan adanya pembagian zakat, kiranya mereka tidak akan mencuri atau merampok lagi. Dengan demikian pembagian zakat itu termasuk pengamanan negara. Itulah yang dimaksud oleh sabda Nabi : "Kemiskinan, hampir-hampir menjadikan orang menjadi kufur (lupa kepada kebenaran)".
Sebagaimana telah dimaklumi, bahwa Islam mempunyai lima rukun ialah syahadat, shalat, zakat, puasa Ramadhan dan haji. Kelima rukun itu mempunyai falsafah antara lain sebagai berikut: Rukun pertama guna menanam iktikad keyakinan dan kesaksian, bahwa Tuhan yang berhak disembah itu hanya Allah tidak ada yang lain. Dan iktikad keyakinan dan kesaksian, bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Rukun pertama benar-benar menjadi dasar dan fundamennya orang beragama. Rukun kedua amal ibadah guna mengeratkan hubungan antara manusia dengan Allah agar manusia itu senantiasa mengamalkan apa yang diwajibkan dan meninggalkan apa yang dilarangNya. Itulah yang dimaksud ayat : "Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku "
Dengan demikian orang akan menjadi muttaqin. Rukun ketiga (zakat) guna melaksanakan pertolongan kepada sesama manusia sewaktu-waktu diperlukan dan mewujudkan pembangunan mana yang diperlukan. Karena manusia di dunia ini tidak hidup sendiri, tetapi selalu membutuhkan pertolongan orang lain baik si kaya maupun si miskin. Rukun keempat agar manusia melatih diri bersabar dan tabah menghadapi penderitaan agar timbul rasa belas kasihan kepada orang yang menderita, dan ia menjadi manusia penolong. Rukun kelima (haji) guna menanam kebiasaan bergaul satu dengan lainnya, baik perorangan;, antar suku, maupun antar oangsa. Itulah yang dimaksud ayat : "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal".
Jika manusia lelah melaksanakan liina rukun Islam dengan baik, maka ia akan baik hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan sesama manusia. Itulah kebahagiaan dnn ketertiban yang menjadi tujuan Islam. Al-Qur\\'an menegaskan dalam Al Imran (3-112): "Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia
4. Pembangkang
Orang yang semestinya telah berkewajiban zakat, karena telah mencukupi syarat rukunnya akan tetapi ia membangkang tidak mau berzakat, maka ia berdosa besar dan ia diancam seperti dinyatakan baik dalam Al-Qur\\'an maupun dalam Hadis. Al-Qur\\'an surat Al Imran (3:180): "Sekali-kali janganlah orang orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat".
Hadis riwayat Buhari Muslim dari Abi Hurairah : "Tidak ada orang yang mempunyai simpanan kekayaan yang tidak mau memberikan zakat, kecuali kekayaan itu dibakar di api neraka jahanam yang kemudian dijadikan kepingan kepingan guna menyetrika kedua lambung dan dahinya sampai Allah menghukum di antara hamba-hambanya pada hari kiamat yang lamanya diperkirakan lima puluh ribu tahun kemudian akan diketahui nasibnya, apakah ia ke surga ataukah ke neraka."
Abubakar sebagai Khalifah pertama telah menindak pembangkang zakat : "Setelah Rasulullah wafat dan Abubakar menjadi Khalifah, ada di antara orang orang Arab yang telah muslim kembali menjadi kafir (tidak mau membayar zakat, kepada mereka Khalifah Abubakar mengancam akan memeranginya) maka sahabat Umar bertanya : Bagaimanakah engkau akan memerangi mereka, sedangkan Rasulullah telah berkata :Saya diperintahkan memerangi mereka sehingga mereka man mengucapkan kalimat : (mengakui tidak ada Tuhan selain Allah ) dan barang siapa telah mengucapkan kalimat itu, maka harta kekayaan dan dirinya harus dijaga dan tidak boleh diganggu kecuali dengan adanya ketentuan agama. Hisabnya di tangan Allah, (demikian pertanyaan Umar), maka Abubakar menjawab: demi Allah saya akan memerangi, orang yang memisahkan di antara shalat dan zakat (shalat tapi tidak berzakat) karena zakat itu keharusan atas kekayaan. Demi Allah jika mereka tidak menyerahkan zakat untuk kepadaku yang biasa mereka serahkan kcpada Rasulullah sung~uh mereka akan saya perangi. Umar akhirnya berkata : Demi A1lah bahwa Dia telah membuka dada Abubakar agar memerangi mereka, maka saya tahu, bahwa itu benar".
Dalam Al Qur\\'an dan Al Hadis terdapat ayat-ayat dan sabda Nabi yang mengancam dan menakut-fiakuti orang yang tidak menunaikan zakat. Dari Al Qur\\'an antara lain dalam surat At Taubah (9:34-35): "Dan orang orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka bertahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari kiamat dipanaskan (dibakar) emas dan perak itu dalam neraka jahanam, lain dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka. Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".
Dari Al-Hadis antara lain adalah : "Rasulullah bersabda : Barang siapa diberi oleh Allah kekayaan tetapi tidak menunaikan zakatnya, maka pada hari kiamat nanti kekayaan itu akan dirupakan ular jantan yang botak kepalanya (disebabkan banyak bisanya) yang mempunyai dua titik hitam di atas matanya, dan ular itu akan membelit orang tersebut kemudian ular itu membelit orang tersebut kemudian ular itu memegang kedua tulang pipinya sambil berkata : Akulah kekayaanmu dan akulah harta bendamu".� http://www.bazisdki.go.id/

Jumat, 23 April 2010

RUKUN ISLAM, RUKUN IMAN DAN SIFAT-SIFAT ALLOH

Rukun Islam - 5 Perkara
Ertinya menyembah dan mengabdikan diri kepada Tuhan melalui seluruh kehidupan kita, jiwa raga kita dan harta milik kita sehingga tertegaknya keISLAMan yang sempurna.

1. Mengucap Dua Kalimah Syahadat
"Aku naik saksi bahawa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah dan Nabi Muhammad itu adalah pesuruh-Nya" Dengan Syahadat, kita mengabdikan diri dengan hati sanubari dan dengan pengakuan lidah bahawa Tuhan yahg Maha Esa itu adalah Allah s.w.t. dan Nabi Muhammad itu adalah pesuruh-NYa.

2. Solat 5 Waktu Sehari Semalam
Dengan sembahyang, kita mengabdikan seluruh tubuh badan kita menyembah kepada-Nya. Mulai dari lidah membaca, tangan bergerak, mata, telinga dan fikiran terpusat dengan susunan rukun sembahyang yang diajar oleh Nabi s.a.w.

3. Mengeluarkan Zakat
Dengan zakat, kita mengabdikan kepada Allah dengan menyerahkan sebahagian dari harta milik kita kepada mereka yang berhak menerimanya.

4. Berpuasa Pada Bulan Ramadhan
Dengan berpuasa, kita mengabdikan hawa nafsu dan segala keinginan kita kepada Allah dengan menahan nafsu makan dan minum serta menjauhkan larangan-Nya. Ini secara langsung akan melahirkan rasa keinsafan serta meningkatkan ketakwaan kepada Allah s.w.t.

5. Mengerjakan Haji Di Baitullah
Dengan mengerjakan haji, kita menyembah Allah dengan harta kekayaan milik kita dan mengunjungi ke Baitullah kepada mereka yang mempunyai kemampuan sekurang-kurangnya sekali dalam hidup.
Rukun Iman
Enam Rukun Iman yang wajib diketahui :

1. Percaya kepada Allah
2. Percaya kepada para Malaikat
3. Percaya kepada Kitab-Kitab
4. Percaya kepada Hari Akhirat.
5. Percaya kepada Qada' dan Qadar.

Beriman Kepada Allah

Konsep beriman kepada Allah meliputi beriman dengan kewujudanNya, mengenaliNya, mempelajari apa yang datang daripadaNya dan yakin serta melaksanakan perintah dan petunjuknya.

Kewujudan Allah

Menurut ulamak, ada dua alasan atau saluran untuk membuktikan dan meyakini kewujudan Allah iaitu :
» Setiap perkara yang wujud di alam ini ada penciptanya.
» Melalui dalil wahyu, iaitu hujjah di mana Allah sendiri memberitahu menerusi RasulNya bahawa Dia adalah Rabul Alamin (pencipta, penguasa, pemerintah dan lain-lain).
menurut hadith: "Hendaklah kamu memikirkan tentang makhluk ciptaan Allah dan jangan memikirkan tentang zat Allah kerana kamu tidak mengetahui hakikatNya yang sebenar"
Mengenali Allah s.w.t

Arti kita beriman kepada Allah juga ialah mengenali Allah. Kalau kita tidak mengenali Allah, bagaimana hendak beriman kepadaNya. Untuk mengenaliNya tidak sama dengan mengenali makhluk. Bagi mengenali seseorang kita boleh mencarinya, berjumpa, melihat sedangkan Allah bukan makhluk. Ia adalah Khaliq iaitu Rabb bagi makhluk. Oleh itu cara dan bentuk mengenali Allah berbeza dengan cara dan bentuk kita mengenali makhluk.

Antara pengenalan Allah yang paling jelas ialah terdapat dlam Asma' al-Husna, iaitu nama-nama Allah yang 99 sebagai gambaran tentang sifat-sifat Allah. Antaranya :

Allah - lafaz yang maha mulia merupakan nama dari zat ilahi yang Maha Suci serta wajib adanya yang berhak memiliki segala pujian dan sanjungan. Adapun nama-nama lain bagi setiap nama itu menunjukkan suatu sifat Allah yang tertentu dan oleh itu ia juga boleg dianggap sebagai sifat-sifat bagi lafaz yang Maha Agung iaitu (Allah).

Antara nama-nama lain itu ialah :
» Al-Rahman - Maha Pengasih, memberi nikmat kepada makhluk semasa di dunia.
» Al-Rahim - Maha penyayang, ada ulamak mentafsirkan dengan maksud memberi nikmat yang banyak di akhirat kursus kepada orang-orang mukmin.
» Al-Malik
» Al-Quddus
terdapat banyak lagi nama-nama Allah.
Tauhid Rububiyah dan Uluhiyyah Allah S.W.T.

Tauhid Rububuyah bermaksud hanya Allah sahaja sebagai Rabb (pencipta, pemilik, pemerintah, memberi rezeki dan seumpamanya). Tidak boleh dijadikan, dianggap atau dirasakan yang lain sebagai rabb atau bersama-sama Allah menjadi Rabb.

Tauhid Uluhiyyah bermaksud orang islam yang beriman dengan keimanan yang sebenar, dia hanya mengambil Allah sebagai Ilah. Dia tidak meletakkan Allah bersama-sama yang lain sebagai Ilah. Allah sahaja sebagai pujaan dan sembahannya. Maksud Ilah ialah sesuatu yang dipuja dan disembah.

Mempelajari dan memahami ajaran Allah

Maksud beriman kepada Allah juga sepatutnya kita mempelajari dan memahami segala yang datang daripada Allah melalui RasulNya sama ada dalam al-Quran atau al-Sunnah. Maksud beriman kepada Allah bukan sekadar percaya tentang kewujudan Allah tetapi termasuk juga segala apa yang datang daripada Allah S.W.T.

Yakin dan melaksanakan petunjuk Allah

Antara maksud dan tuntutan iman kepada Allah ialah yakin terhadap apa yang datang daripada Allah. Yakin dengan kebenaran, kesempurnaan islam sebagai satu Din yang syamil dan kamil serta terbaik.

Beriman Kepada Malaikat

Orang Islam kita mesti mengetahui dan yakin bahawa Allah S.W.T. menjadikan para malaikat sebagai hamba dan pekerja-pekerjaNya atau untuk mudah difahami dengan penggunaan bahasa semasa ialah sebagai kakitangan Allah, sama ada sebagai menteri-menteri Allah, pegawai-pegawai Allah, kerani-kerani, tentera, polis atau apa-apa sahaja yang boleh kita namakan, maka itu semua dipegang oleh para malaikat Allah S.W.T.

Penciptaan Malaikat

Allah ciptakan malaikat daripada nur, berdasarkan Hadith Rasulullah S.A.W. yang bermaksud :

"Dijadikan Malaikat dari cahaya, dijadikan Jin dari nyalaan api dan manusia yang telah digambarkan kepada kamu". (Riwayat Muslim)

Malaikat boleh berupa dengan bermacam bentuk dengan izin Allah. Biasanya ia datang kepada Rasulullah dalam bentuk manusia dan ada juga yang datang ke bumi dalam bentuk cahaya. Bentuk asal Malaikat mempunyai sayap-sayap yang berbeza antara satu Malaikat dengan yang lain. Ada yang mempunyai dua sayap, tiga dan empat sayap bahkan lebih dari itu. Allah mahaberkuasa serta mempunyai hikmah tertentu daripada makhluk ciptaanNya (Fatir ayat1).

Biasanya malaikat tidak dapat dilihat oleh manusia. Ia hidup dalam alam ghaib kecuali pada masa-masa ketika ia menjelmakan bentuk-bentuk tertentu atau bentuk asalnya yang bersayap.

Malaikat tidak makan dan tidak minum, juga bukan lelaki dan tidak perempuan, malaikat tidak tidur dan seumpamanya

Tugas Malaikat

Tugasnya ialah sebagai kakitangan Allah dengan berbagai post dab tanggungjawab yang berbeza. Apa yang diperintah oleh Allah terus dilaksanakan.

Antara tugas-tugas Malaikat seperti :
» Membawa wahyu kepada para Nabi dan Rasul.
» Bertasbih dan patuh dan sujud pada Allah
» Memikul Arsy
» Berdoa untuk orang-orang beriman
Peranan Malaikat di Akhirat seperti memberi salam pada ahli syurga, mengazab ahli neraka dan seumpamanya.

Beriman Kepada Para Rasul

Peranan Rasul

Peranan Rasul sangat penting iaitu menyeru dan membimbing manusia ke jalan yang benar, jalan menyembah Allah S.W.T memimpin manusia kepada keselamatn berasakan akidah Tauhid, beriman bahawa Allah sebagai Rabb dan Ilaj dalam kehidupan dan menyelamatkan manusia dari kesesatan.

Kebenaran Rasul

Antara hujah yang menunjukkan seseorang Rasul itu benar ialah mukjizat yang dikurniakan oleh Allah kepadanya. Seperti mukjizat Nabi Ibrahim a.s yang tidak hangus dibakar api. Demikian juga mukjizat dengan nabi-nabi lain. Nabi Musa dapat membelah laut dengan tongkatnya, apabila beliau dan pengikutnya ingin menyeberangi lautan yang luas ketika dikejar Firaun dan tenteranya.

Mukjizat ialah kejadian luar biasa yang dilakukan oleh Allah kepada RasulNya sebagai bukti kebenaran menjadi Rasul. Dengan adanya mukjizat ini, boleh menjadi bukti kepada orang-orang tertentu mendakwa menjadi nabi, sedangkan mereka tidak dikurniakan mukjizat.

Kepentingan Beriman Kepada Para Rasul
» Menunjukkan kesatuan dan hubungan antara semua para Nabi dan Rasul Allah di mana mereka mereka semua adalah penerus agama Allah yang berasaskan akidah Tauhid.
» Menunjukkan bahawa agama yang benar hanya satu sahaja, iaitu Islam yang dibawa oleh semua para Rasul.
Beriman Kepada Kitab-Kitab

Tujuan Kitab-Kitab diturunkan

Tujuan kitab-kitab diturunkan oleh Allah adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia jalan hidup yang betul.

Manusia sejak dahulu hingga hari kiamat nanti memerlukan panduan daripada Allah untuk menjalani kehidupan mereka. Allah yang menciptakan manusia dan juga segala makhluk-makhluk yang lain sudah pasti Dia maha mengetahui keperluan dan panduanya. Oleh itu, dengan kemurahan dan keadilanNya Allah menghantar wahyu melalui Rasul sebagai panduan manusia.

Persamaan al-Quran dengan kitab-kitab lain
» Dari segi konsep keimanan antara al-Quran dengan kitab-kitab lain dimana beriman dengan al-Quran bukan sekadar percaya bahawa al-Quran itu daripada Allah, tetapi lebih itu iaitu mesti mempelajari, memahami dan melaksanakannya. Manakala kitab-kitab lain kita hanya perintah percaya sahaja tanpa dituntut untuk mempelajarinya kerana kita telah mempunyai al-Quran yang lebih lengkap.
» Dari segi isi kandungan; al-Quran mengandungi isi kandungan yang syamil dan lengkap, manakala kitab-kitab lain tidak syamil dan belum sempurna kerana wahyu-wahyu akan diturunkan seterusnya dari masa ke semasa sehinggalah wahyu sempurna dengan turunnya al-Quran.
» Dari segi keaslian; al-Quran tetap asli tidak ada perubahan dan tidak mampu dipinda oleh manusia manakala kitab-kitab lain berubah dan tidak asli.
» Al-Quran sesuai untuk semua zaman dan tempat, manakala kitab-kitab lain untuk tempoh-tempoh tertentu sahaja.
» Bahasa Al-quran adalah bahasa arab yang hidup pemakaiannya sepanjang masa, iaitu sentiasa digunakan oleh ramai dan banyak negara di seluruh dunia.
Hikmah beriman dengan kitab-kitab

1. Menunjukkan bahawa agama yang datang daripada Allah adalah satu sahaja iaitu Islam yang terkandung di dalam kitab-kitab yang datang daripada Alah mendahului. Para Nabi semasa ke semasa sehinggalah kitab al-Quran.

2. Umat manusia di sepanjang zaman sebenarnya memerlukan agama yang satu iaitu Islam, yang berteraskan akidah tauhid. Ini semua terkandung dalam semua kitab-kitab yang datang daripada Allah.

3. Perbezaan dari segi syariat perkara penting berkaitan pelaksanaan dalam agama boleh berlaku. Yang ditegah secara tegas ialah perbezaan dari segi akidah atau perkara-perkara usul. Ini terbukti dalam syariat-syariat kitab-kitab dari satu nabi dengan nabi yang lain berbeza, tetapi akidah dan perkara pokok yang lain semuanya sama.

4. Sepatutnya orang-orang Yahudi dan Kristian tidak menyeleweng dari islam kerana semua para Nabi adalah islam. Tidak ada percanggahan antara al-Quran dan Taurat sebagaimana juga tidak ada pertentangan dengan Injil dan kitab-kitab lain

Beriman Kepada Hari Akhirat

Beriman kepada hari akhirat bererti percaya dan yakin tentang adanya kehidupan selepas alam dunia ini.

Peringkat-peringkat di Hari Akhirat
» Alam Kubur (Barzakh). Akhirat bagi seseorang bermula dengan kematiannya. Apabila ia mati bererti telah bermula hari akhiratnya. Peringkat pertama seseorang itu di akhirat ialah alam kubur (Barzakh).
» Hari Bangkit. Setelah beberapa lama berada di alam kubur dan berlakunya Qiamat, manusia dibangkitkan.
» Manusia Dihimpumkan. Selepas manusia dibangkitkan, mereka dihimpun di satu tempat yang bernama (Mahsyar). Rasulullah bersabda maksudnya: "Manusia dikumpul pada hari qiamat kepada tiga golongan: satu golongan berjalan kaki, satu golongan lain berkenderaan dan golongan yang ketiga berjalan dengan muka-muka mereka. Para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah! Bagaimana mereka dapat berjalan dengan muka? Baginda menjawab, Allah maha berkuasa menjadikan manusia berjalan dengan kaki, maka sudah pasti Allah berkuasa menjadikan manusia berjalan dengan muka-muka mereka. Alangkah sukarnya mereka yang berjalan dengan muka kerana terpaksa menjaga muka dari tanah-tanah benjol dan berduri".
» Pembentangan Amalan. Di hari akhirat nanti amalan manusia akan dibentangkan. Setiap orang akan dapat melihat amalan yang mereka lakukan sama ada baik ataupun buruk ataupun kecil.
» Audit dan Timbangan Amalan. Antara perkara yang akan dialami oleh manusia di akhirat ialah hisab dan timbangan amalan.
» Sirat. Setiap orang pasti melalui sirat (jambatan),Rasulullah bersabda yang bermaksud: "Dibentangkan sirat di antara dua tebing neraka jahanam. Aku (Muhammad) dan umatku adalah mereka yang mula-mula menyeberangi. Tidak ada yang berani bercakap ketika itu kecuali para Rasul dengan berdoa :"Ya Allah selamatkanlah, Di neraka jahanam dan pengait-pengait seperti duri pohon sa'dan, cuma kadar besarnya tidak diketahui melainkan Allah Azza Wazallah sendiri. Pengait-pengait inilah yang akan menyambar seseorang sesuai dengan amalan mereka".
» Balasan Syurga dan Neraka. Berdasarkan nas-nas al-Quran menunjukkan bahawa orang yang mempunyai amalan baiknya banyak sehingga memberatkan timbangan amalan baik ia akan dimasukkan ke dalam syurga, manakala mereka yang sebaliknya akan dimasukkan ke dalam neraka.
Kepentingan Beriman dengan Hari Akhirat

Memperbaharui kesedaran tentang hakikat adanya alam akhirat yang merupakan tempat manusia menerima balasan dan juga tempat yang kekal abadi untuk semua manusia.

Mempertingkatkan keimanan dengan merasai keagongan Allah Rabul-Alamin selaku pemerintah dan penguasa serta tuan punya Alam, pencipta dan pemilikan hari Akhirat dan segala isi kandungannya.

Melembutkan hati manusia dengan mengingati mati dan Hari Akhirat.

Mengalakkan orang Islam melakukan ma'ruf dan meninggalkan kejahatan.

Beriman Kepada Qada' Dan Qadar

Maksud Takdir

Takdir ataupun ketentuan Allah terhadap makhluknya khususnya manusia dapat dibahagikan kepada dua:

1. Ketentuan tentang nature yang mengandungi sebab musabab.

2. Takdir atau ketentuan Allah terhadap makhlukNya, khususnya manusia.


Sikap Orang Islam Dalam Menerima Takdir Allah
» Menerima dan redha terhadap apa yang ditakdirkan oleh Allah, kerana Allah Maha Adil dan tidak mungkin melakukan kezaliman terhadap makhlukNya. Apa yang Allah tentukan kepada manusia di luar dari pilihan manusia adalah kebijaksanaan dan keadilan Allah. Ada sesuatu hikmah di sebalik ketentuan itu. Mungkin apa yang kita rasa baik adalah buruk bagi kita dan demikianlah sebaliknya. Allah Maha Mengetahui apa yang tidak kita ketahui.
» Mestilah bersabar sekiranya Allah takdirkan sesuatu yang buruk yang berlaku keatas diri kita. Mungkin di sebalik apa yang berlaku itu ada sesuatu yang baik yang Allah akan anugerahkan kepada kita.
» Bersyukur sekiranya Allah takdirkan sesuatu yang baik.
» Sentiasa berusaha dan berwaspada dan kehidupan seharian jangan menunggu takdir Allah tanpa berbuat sesuatu.
» Sentiasa berdoa agar Allah selamatkan kita di dunia dan akhirat.
» Selepas berdoa agar Allah selamatkan kita di dunia dan akhirat.
» Selepas berusaha kemudian diiringi dengan doa, akhirnya hendaklah bertawakal kepada Allah S.W.T.
Kepentingan Akidah Dalam Kehidupan Manusia

Akidah Sebagai Asas.
Akidah sebagai Penentu atau Pendorong.

Penyelewengan dan kerosakan akidah

1. Melalui percakapan atau ucapan.
2. Melalui perbuatan.
3. Melalui iktikad dalam hati.

Pembinaan Akidah
» Memahami konsep Islam yang sebenarnya dan memahami konsep akidah secara khusus.
» Membersihkan hati dengan cara meninggalkan dosa dan melakukan perkara-perkara yang disuruh oleh Allah.
» Sentiasa berjihad melawan nafsu dan syaitan untuk beriltizam dengan Islam.
» Bersama-sama dengan orang-orang yang soleh atau sentiasa mencari suasana yang baik.
» Sentiasa berdoa memohon pimpinan Allah.
» Bertawakal kepada Allah.
Sifat 20
Berikut adalah disenaraikan sifat-sifat duapuluh yang wajib kita ketahui sebagai umat Islam :

Wujud - Ada
Wajib Tuhan ada. Mustahil Tuhan tidak ada. Bukti Allah ada ialah alam keseluruhan ini. Kalau Tuhan yang menjadikan alam ini ada, tentulah boleh menjadikan tidak ada pula.

Qidam
Tuhan sifat qidam iaitu tiada permulaan adaNya. Mustahil ada permulaan adaNya kerana kalau ada permulaan adaNya maka samalah ia dengan makhluk. Kalau ia sama dengan makhluk maka ia bukan Tuhan.

Baqa
Tuhan bersifat baqa ialah kekal selama-lamanya mustahil ia akan lenyap. Tuhan tidak mungkin habis. Kalau ia habis maka siapakah yang menjadi Tuhan sesudahNya? Tuhan kekal buat selama-lamanya dan ia akan mengekalkan pula syurga dan neraka bersama penghuni-penghuninya.

Mukhalafatuhu Ta'ala Lil Hawadis
Tuhan bersifat mukhalafathuhu Ta'ala Lil Hawadis ertinya Tuhan berlainan dngan sekalian makhluk mustahil ia serupa dengan makhlukNya.

Qiyamuhu Binafsih
Tuhan adalah berdiri sendiri tidak memerlukan pertolongan orang lain. Kalau ia memerlukan pertolongan orang lain, maka Tuhan adalah lemah tidak sempurna dan tidak berhak menjadi Tuhan.

Wahdaniah
Tuhan bersifat Wahdaniah ertinya Tuhan Allah Maha Esa. Mustahil Ia berlebihan (banyak). Kalau Ia banyak tentu timbul perselisihan atau perbezaan faham antara mereka dan akan binasalah alam ini kerana yang satu membawa ke hilir dan yang lain membawa ke hulu.

Qudrat
Tuhan bersifat Qudrat ertinya kuasa, mustahil ia lemah (daif). Kalau Ia lemah tentu makhlukNya tidak akan terjadi dan kalau lemah maka itu bukan Tuhan.

Iradah
Tuhan bersifat Iradah ertinya sesuatu menurut kehendakNya mustahil Ia tidak menurut kehendakNya dan mustahil Ia dipaksa oleh kekuatan lain. Maka Ia bukan lagi Tuhan kerana Ia suatu yang lemah.

Ilmu
Tuhan bersifat ilmu ertinya berpengetahuan. Tuhan tahu seluruhnya yang telah dijadikanNya dan tahu yang akan dijadikanNya mustahil Ia tidak tahu kalau ia tidak tahu tentulah Ia tidak dapat mengatur alam ini.

Hayat
Tuhan bersifat dengan Hayat ertinya Hidup. Mustahil Ia mati. Kalau Ia mati nescaya akan binasalah alam ini kerana tiada yang mengemudikanNya lagi.

Sama'
Tuhan itu bersifat sama' ertinya mendengar. Mustahil adalah sifat kekurangan. tidak masuk akal kalau Tuhan mempunyai sifat kekurangan.

Bashar
Tuhan bersifat Bashar ertinya Melihat, mustahil Ia buta. Buta ialah sifat kekurangan. Kalau ia buta tentu kacau bilau segala macam urusan-Nya.

Kalam
Tuhan bersifat kalam ertinya berkata-kata. Mustahil Ia bisu. Kalau Tuhan bisu mustahil Ia dapat memerintah dengan baik. Tuhan mempunyai sifat berkata-kata. Sifat-sifat ini termasuk sifat Kalam adalah sifat-sifat Qadim yang berdiri atas zat Qadim iaitu zat Tuhan.

Kaunuhu Qadiran
Tuhan bersifat Kaunuhu Qadiran ertinya selalu dalam keadaan berkuasa. Mustahil Ia dalam keadaan lemah. Oleh kerana Tuhan mempunyai sifat Qudrat maka ia tetap selalu dalam keadaan berkuasa, tidak pernah berhenti sekejap mata pun.

Kaunuhu Muridan
Tuhan bersifat dengan Kaunuhu Muridan ertinya dalam keadaan Menghendaki. Mustahil Ia dalam keadaan tidak berkehendak.

Kaunuh 'Aaliman
Tuhan bersifat dengan Kaunuhu `Aaliman ertinya tetap selalu dalam keadaan mengetahui. Mustahil Ia dalam keadaan tidak mengetahuinya.

Kaunuhu Hayyan
Tuhan bersifat Kaunuhu Hayyan ertinyaTuhan tetap selalu dalam keadaan hidup. Mustahil Ia dalam keadaan mati. Oleh sebab Tuhan mempunyai sifat Hayat maka ia selalu dalam keadaan hidup.

Kaunuhu Sami'an
Tuhan tetap selalu dalam keadaan mendengar. Mustahil Ia dalam keadaan tuli. Oleh kerana Tuhan mempunyai sifat sami'an maka ia selalu dalam keadaan mendengar.

Kaunuhu Bashiran
Tuhan tetap selalu dalam keadaan melihat. Mustahil Ia dalam keadaan buta kerana Tuhan mempunyai sifat Bashar maka ia selalu dalam keadaan melihat.

Kaunuhu Mutakalliman
Tuhan bersifat Kaunuhu Muutakallimam ertinya Tuhan tetap selalu dalam keadaan berkata-kata. Mustahil Ia bisu. Oleh kerana Ia mempunyai sifat kalam, maka tetap selalu dalam keadaan berkata-kata.

RUKUN ISLAM, RUKUN IMAN DAN SIFAT-SIFAT ALLOH

Rukun Islam - 5 Perkara
Ertinya menyembah dan mengabdikan diri kepada Tuhan melalui seluruh kehidupan kita, jiwa raga kita dan harta milik kita sehingga tertegaknya keISLAMan yang sempurna.

1. Mengucap Dua Kalimah Syahadat
"Aku naik saksi bahawa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah dan Nabi Muhammad itu adalah pesuruh-Nya" Dengan Syahadat, kita mengabdikan diri dengan hati sanubari dan dengan pengakuan lidah bahawa Tuhan yahg Maha Esa itu adalah Allah s.w.t. dan Nabi Muhammad itu adalah pesuruh-NYa.

2. Solat 5 Waktu Sehari Semalam
Dengan sembahyang, kita mengabdikan seluruh tubuh badan kita menyembah kepada-Nya. Mulai dari lidah membaca, tangan bergerak, mata, telinga dan fikiran terpusat dengan susunan rukun sembahyang yang diajar oleh Nabi s.a.w.

3. Mengeluarkan Zakat
Dengan zakat, kita mengabdikan kepada Allah dengan menyerahkan sebahagian dari harta milik kita kepada mereka yang berhak menerimanya.

4. Berpuasa Pada Bulan Ramadhan
Dengan berpuasa, kita mengabdikan hawa nafsu dan segala keinginan kita kepada Allah dengan menahan nafsu makan dan minum serta menjauhkan larangan-Nya. Ini secara langsung akan melahirkan rasa keinsafan serta meningkatkan ketakwaan kepada Allah s.w.t.

5. Mengerjakan Haji Di Baitullah
Dengan mengerjakan haji, kita menyembah Allah dengan harta kekayaan milik kita dan mengunjungi ke Baitullah kepada mereka yang mempunyai kemampuan sekurang-kurangnya sekali dalam hidup.
Rukun Iman
Enam Rukun Iman yang wajib diketahui :

1. Percaya kepada Allah
2. Percaya kepada para Malaikat
3. Percaya kepada Kitab-Kitab
4. Percaya kepada Hari Akhirat.
5. Percaya kepada Qada' dan Qadar.

Beriman Kepada Allah

Konsep beriman kepada Allah meliputi beriman dengan kewujudanNya, mengenaliNya, mempelajari apa yang datang daripadaNya dan yakin serta melaksanakan perintah dan petunjuknya.

Kewujudan Allah

Menurut ulamak, ada dua alasan atau saluran untuk membuktikan dan meyakini kewujudan Allah iaitu :
» Setiap perkara yang wujud di alam ini ada penciptanya.
» Melalui dalil wahyu, iaitu hujjah di mana Allah sendiri memberitahu menerusi RasulNya bahawa Dia adalah Rabul Alamin (pencipta, penguasa, pemerintah dan lain-lain).
menurut hadith: "Hendaklah kamu memikirkan tentang makhluk ciptaan Allah dan jangan memikirkan tentang zat Allah kerana kamu tidak mengetahui hakikatNya yang sebenar"
Mengenali Allah s.w.t

Arti kita beriman kepada Allah juga ialah mengenali Allah. Kalau kita tidak mengenali Allah, bagaimana hendak beriman kepadaNya. Untuk mengenaliNya tidak sama dengan mengenali makhluk. Bagi mengenali seseorang kita boleh mencarinya, berjumpa, melihat sedangkan Allah bukan makhluk. Ia adalah Khaliq iaitu Rabb bagi makhluk. Oleh itu cara dan bentuk mengenali Allah berbeza dengan cara dan bentuk kita mengenali makhluk.

Antara pengenalan Allah yang paling jelas ialah terdapat dlam Asma' al-Husna, iaitu nama-nama Allah yang 99 sebagai gambaran tentang sifat-sifat Allah. Antaranya :

Allah - lafaz yang maha mulia merupakan nama dari zat ilahi yang Maha Suci serta wajib adanya yang berhak memiliki segala pujian dan sanjungan. Adapun nama-nama lain bagi setiap nama itu menunjukkan suatu sifat Allah yang tertentu dan oleh itu ia juga boleg dianggap sebagai sifat-sifat bagi lafaz yang Maha Agung iaitu (Allah).

Antara nama-nama lain itu ialah :
» Al-Rahman - Maha Pengasih, memberi nikmat kepada makhluk semasa di dunia.
» Al-Rahim - Maha penyayang, ada ulamak mentafsirkan dengan maksud memberi nikmat yang banyak di akhirat kursus kepada orang-orang mukmin.
» Al-Malik
» Al-Quddus
terdapat banyak lagi nama-nama Allah.
Tauhid Rububiyah dan Uluhiyyah Allah S.W.T.

Tauhid Rububuyah bermaksud hanya Allah sahaja sebagai Rabb (pencipta, pemilik, pemerintah, memberi rezeki dan seumpamanya). Tidak boleh dijadikan, dianggap atau dirasakan yang lain sebagai rabb atau bersama-sama Allah menjadi Rabb.

Tauhid Uluhiyyah bermaksud orang islam yang beriman dengan keimanan yang sebenar, dia hanya mengambil Allah sebagai Ilah. Dia tidak meletakkan Allah bersama-sama yang lain sebagai Ilah. Allah sahaja sebagai pujaan dan sembahannya. Maksud Ilah ialah sesuatu yang dipuja dan disembah.

Mempelajari dan memahami ajaran Allah

Maksud beriman kepada Allah juga sepatutnya kita mempelajari dan memahami segala yang datang daripada Allah melalui RasulNya sama ada dalam al-Quran atau al-Sunnah. Maksud beriman kepada Allah bukan sekadar percaya tentang kewujudan Allah tetapi termasuk juga segala apa yang datang daripada Allah S.W.T.

Yakin dan melaksanakan petunjuk Allah

Antara maksud dan tuntutan iman kepada Allah ialah yakin terhadap apa yang datang daripada Allah. Yakin dengan kebenaran, kesempurnaan islam sebagai satu Din yang syamil dan kamil serta terbaik.

Beriman Kepada Malaikat

Orang Islam kita mesti mengetahui dan yakin bahawa Allah S.W.T. menjadikan para malaikat sebagai hamba dan pekerja-pekerjaNya atau untuk mudah difahami dengan penggunaan bahasa semasa ialah sebagai kakitangan Allah, sama ada sebagai menteri-menteri Allah, pegawai-pegawai Allah, kerani-kerani, tentera, polis atau apa-apa sahaja yang boleh kita namakan, maka itu semua dipegang oleh para malaikat Allah S.W.T.

Penciptaan Malaikat

Allah ciptakan malaikat daripada nur, berdasarkan Hadith Rasulullah S.A.W. yang bermaksud :

"Dijadikan Malaikat dari cahaya, dijadikan Jin dari nyalaan api dan manusia yang telah digambarkan kepada kamu". (Riwayat Muslim)

Malaikat boleh berupa dengan bermacam bentuk dengan izin Allah. Biasanya ia datang kepada Rasulullah dalam bentuk manusia dan ada juga yang datang ke bumi dalam bentuk cahaya. Bentuk asal Malaikat mempunyai sayap-sayap yang berbeza antara satu Malaikat dengan yang lain. Ada yang mempunyai dua sayap, tiga dan empat sayap bahkan lebih dari itu. Allah mahaberkuasa serta mempunyai hikmah tertentu daripada makhluk ciptaanNya (Fatir ayat1).

Biasanya malaikat tidak dapat dilihat oleh manusia. Ia hidup dalam alam ghaib kecuali pada masa-masa ketika ia menjelmakan bentuk-bentuk tertentu atau bentuk asalnya yang bersayap.

Malaikat tidak makan dan tidak minum, juga bukan lelaki dan tidak perempuan, malaikat tidak tidur dan seumpamanya

Tugas Malaikat

Tugasnya ialah sebagai kakitangan Allah dengan berbagai post dab tanggungjawab yang berbeza. Apa yang diperintah oleh Allah terus dilaksanakan.

Antara tugas-tugas Malaikat seperti :
» Membawa wahyu kepada para Nabi dan Rasul.
» Bertasbih dan patuh dan sujud pada Allah
» Memikul Arsy
» Berdoa untuk orang-orang beriman
Peranan Malaikat di Akhirat seperti memberi salam pada ahli syurga, mengazab ahli neraka dan seumpamanya.

Beriman Kepada Para Rasul

Peranan Rasul

Peranan Rasul sangat penting iaitu menyeru dan membimbing manusia ke jalan yang benar, jalan menyembah Allah S.W.T memimpin manusia kepada keselamatn berasakan akidah Tauhid, beriman bahawa Allah sebagai Rabb dan Ilaj dalam kehidupan dan menyelamatkan manusia dari kesesatan.

Kebenaran Rasul

Antara hujah yang menunjukkan seseorang Rasul itu benar ialah mukjizat yang dikurniakan oleh Allah kepadanya. Seperti mukjizat Nabi Ibrahim a.s yang tidak hangus dibakar api. Demikian juga mukjizat dengan nabi-nabi lain. Nabi Musa dapat membelah laut dengan tongkatnya, apabila beliau dan pengikutnya ingin menyeberangi lautan yang luas ketika dikejar Firaun dan tenteranya.

Mukjizat ialah kejadian luar biasa yang dilakukan oleh Allah kepada RasulNya sebagai bukti kebenaran menjadi Rasul. Dengan adanya mukjizat ini, boleh menjadi bukti kepada orang-orang tertentu mendakwa menjadi nabi, sedangkan mereka tidak dikurniakan mukjizat.

Kepentingan Beriman Kepada Para Rasul
» Menunjukkan kesatuan dan hubungan antara semua para Nabi dan Rasul Allah di mana mereka mereka semua adalah penerus agama Allah yang berasaskan akidah Tauhid.
» Menunjukkan bahawa agama yang benar hanya satu sahaja, iaitu Islam yang dibawa oleh semua para Rasul.
Beriman Kepada Kitab-Kitab

Tujuan Kitab-Kitab diturunkan

Tujuan kitab-kitab diturunkan oleh Allah adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia jalan hidup yang betul.

Manusia sejak dahulu hingga hari kiamat nanti memerlukan panduan daripada Allah untuk menjalani kehidupan mereka. Allah yang menciptakan manusia dan juga segala makhluk-makhluk yang lain sudah pasti Dia maha mengetahui keperluan dan panduanya. Oleh itu, dengan kemurahan dan keadilanNya Allah menghantar wahyu melalui Rasul sebagai panduan manusia.

Persamaan al-Quran dengan kitab-kitab lain
» Dari segi konsep keimanan antara al-Quran dengan kitab-kitab lain dimana beriman dengan al-Quran bukan sekadar percaya bahawa al-Quran itu daripada Allah, tetapi lebih itu iaitu mesti mempelajari, memahami dan melaksanakannya. Manakala kitab-kitab lain kita hanya perintah percaya sahaja tanpa dituntut untuk mempelajarinya kerana kita telah mempunyai al-Quran yang lebih lengkap.
» Dari segi isi kandungan; al-Quran mengandungi isi kandungan yang syamil dan lengkap, manakala kitab-kitab lain tidak syamil dan belum sempurna kerana wahyu-wahyu akan diturunkan seterusnya dari masa ke semasa sehinggalah wahyu sempurna dengan turunnya al-Quran.
» Dari segi keaslian; al-Quran tetap asli tidak ada perubahan dan tidak mampu dipinda oleh manusia manakala kitab-kitab lain berubah dan tidak asli.
» Al-Quran sesuai untuk semua zaman dan tempat, manakala kitab-kitab lain untuk tempoh-tempoh tertentu sahaja.
» Bahasa Al-quran adalah bahasa arab yang hidup pemakaiannya sepanjang masa, iaitu sentiasa digunakan oleh ramai dan banyak negara di seluruh dunia.
Hikmah beriman dengan kitab-kitab

1. Menunjukkan bahawa agama yang datang daripada Allah adalah satu sahaja iaitu Islam yang terkandung di dalam kitab-kitab yang datang daripada Alah mendahului. Para Nabi semasa ke semasa sehinggalah kitab al-Quran.

2. Umat manusia di sepanjang zaman sebenarnya memerlukan agama yang satu iaitu Islam, yang berteraskan akidah tauhid. Ini semua terkandung dalam semua kitab-kitab yang datang daripada Allah.

3. Perbezaan dari segi syariat perkara penting berkaitan pelaksanaan dalam agama boleh berlaku. Yang ditegah secara tegas ialah perbezaan dari segi akidah atau perkara-perkara usul. Ini terbukti dalam syariat-syariat kitab-kitab dari satu nabi dengan nabi yang lain berbeza, tetapi akidah dan perkara pokok yang lain semuanya sama.

4. Sepatutnya orang-orang Yahudi dan Kristian tidak menyeleweng dari islam kerana semua para Nabi adalah islam. Tidak ada percanggahan antara al-Quran dan Taurat sebagaimana juga tidak ada pertentangan dengan Injil dan kitab-kitab lain

Beriman Kepada Hari Akhirat

Beriman kepada hari akhirat bererti percaya dan yakin tentang adanya kehidupan selepas alam dunia ini.

Peringkat-peringkat di Hari Akhirat
» Alam Kubur (Barzakh). Akhirat bagi seseorang bermula dengan kematiannya. Apabila ia mati bererti telah bermula hari akhiratnya. Peringkat pertama seseorang itu di akhirat ialah alam kubur (Barzakh).
» Hari Bangkit. Setelah beberapa lama berada di alam kubur dan berlakunya Qiamat, manusia dibangkitkan.
» Manusia Dihimpumkan. Selepas manusia dibangkitkan, mereka dihimpun di satu tempat yang bernama (Mahsyar). Rasulullah bersabda maksudnya: "Manusia dikumpul pada hari qiamat kepada tiga golongan: satu golongan berjalan kaki, satu golongan lain berkenderaan dan golongan yang ketiga berjalan dengan muka-muka mereka. Para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah! Bagaimana mereka dapat berjalan dengan muka? Baginda menjawab, Allah maha berkuasa menjadikan manusia berjalan dengan kaki, maka sudah pasti Allah berkuasa menjadikan manusia berjalan dengan muka-muka mereka. Alangkah sukarnya mereka yang berjalan dengan muka kerana terpaksa menjaga muka dari tanah-tanah benjol dan berduri".
» Pembentangan Amalan. Di hari akhirat nanti amalan manusia akan dibentangkan. Setiap orang akan dapat melihat amalan yang mereka lakukan sama ada baik ataupun buruk ataupun kecil.
» Audit dan Timbangan Amalan. Antara perkara yang akan dialami oleh manusia di akhirat ialah hisab dan timbangan amalan.
» Sirat. Setiap orang pasti melalui sirat (jambatan),Rasulullah bersabda yang bermaksud: "Dibentangkan sirat di antara dua tebing neraka jahanam. Aku (Muhammad) dan umatku adalah mereka yang mula-mula menyeberangi. Tidak ada yang berani bercakap ketika itu kecuali para Rasul dengan berdoa :"Ya Allah selamatkanlah, Di neraka jahanam dan pengait-pengait seperti duri pohon sa'dan, cuma kadar besarnya tidak diketahui melainkan Allah Azza Wazallah sendiri. Pengait-pengait inilah yang akan menyambar seseorang sesuai dengan amalan mereka".
» Balasan Syurga dan Neraka. Berdasarkan nas-nas al-Quran menunjukkan bahawa orang yang mempunyai amalan baiknya banyak sehingga memberatkan timbangan amalan baik ia akan dimasukkan ke dalam syurga, manakala mereka yang sebaliknya akan dimasukkan ke dalam neraka.
Kepentingan Beriman dengan Hari Akhirat

Memperbaharui kesedaran tentang hakikat adanya alam akhirat yang merupakan tempat manusia menerima balasan dan juga tempat yang kekal abadi untuk semua manusia.

Mempertingkatkan keimanan dengan merasai keagongan Allah Rabul-Alamin selaku pemerintah dan penguasa serta tuan punya Alam, pencipta dan pemilikan hari Akhirat dan segala isi kandungannya.

Melembutkan hati manusia dengan mengingati mati dan Hari Akhirat.

Mengalakkan orang Islam melakukan ma'ruf dan meninggalkan kejahatan.

Beriman Kepada Qada' Dan Qadar

Maksud Takdir

Takdir ataupun ketentuan Allah terhadap makhluknya khususnya manusia dapat dibahagikan kepada dua:

1. Ketentuan tentang nature yang mengandungi sebab musabab.

2. Takdir atau ketentuan Allah terhadap makhlukNya, khususnya manusia.


Sikap Orang Islam Dalam Menerima Takdir Allah
» Menerima dan redha terhadap apa yang ditakdirkan oleh Allah, kerana Allah Maha Adil dan tidak mungkin melakukan kezaliman terhadap makhlukNya. Apa yang Allah tentukan kepada manusia di luar dari pilihan manusia adalah kebijaksanaan dan keadilan Allah. Ada sesuatu hikmah di sebalik ketentuan itu. Mungkin apa yang kita rasa baik adalah buruk bagi kita dan demikianlah sebaliknya. Allah Maha Mengetahui apa yang tidak kita ketahui.
» Mestilah bersabar sekiranya Allah takdirkan sesuatu yang buruk yang berlaku keatas diri kita. Mungkin di sebalik apa yang berlaku itu ada sesuatu yang baik yang Allah akan anugerahkan kepada kita.
» Bersyukur sekiranya Allah takdirkan sesuatu yang baik.
» Sentiasa berusaha dan berwaspada dan kehidupan seharian jangan menunggu takdir Allah tanpa berbuat sesuatu.
» Sentiasa berdoa agar Allah selamatkan kita di dunia dan akhirat.
» Selepas berdoa agar Allah selamatkan kita di dunia dan akhirat.
» Selepas berusaha kemudian diiringi dengan doa, akhirnya hendaklah bertawakal kepada Allah S.W.T.
Kepentingan Akidah Dalam Kehidupan Manusia

Akidah Sebagai Asas.
Akidah sebagai Penentu atau Pendorong.

Penyelewengan dan kerosakan akidah

1. Melalui percakapan atau ucapan.
2. Melalui perbuatan.
3. Melalui iktikad dalam hati.

Pembinaan Akidah
» Memahami konsep Islam yang sebenarnya dan memahami konsep akidah secara khusus.
» Membersihkan hati dengan cara meninggalkan dosa dan melakukan perkara-perkara yang disuruh oleh Allah.
» Sentiasa berjihad melawan nafsu dan syaitan untuk beriltizam dengan Islam.
» Bersama-sama dengan orang-orang yang soleh atau sentiasa mencari suasana yang baik.
» Sentiasa berdoa memohon pimpinan Allah.
» Bertawakal kepada Allah.
Sifat 20
Berikut adalah disenaraikan sifat-sifat duapuluh yang wajib kita ketahui sebagai umat Islam :

Wujud - Ada
Wajib Tuhan ada. Mustahil Tuhan tidak ada. Bukti Allah ada ialah alam keseluruhan ini. Kalau Tuhan yang menjadikan alam ini ada, tentulah boleh menjadikan tidak ada pula.

Qidam
Tuhan sifat qidam iaitu tiada permulaan adaNya. Mustahil ada permulaan adaNya kerana kalau ada permulaan adaNya maka samalah ia dengan makhluk. Kalau ia sama dengan makhluk maka ia bukan Tuhan.

Baqa
Tuhan bersifat baqa ialah kekal selama-lamanya mustahil ia akan lenyap. Tuhan tidak mungkin habis. Kalau ia habis maka siapakah yang menjadi Tuhan sesudahNya? Tuhan kekal buat selama-lamanya dan ia akan mengekalkan pula syurga dan neraka bersama penghuni-penghuninya.

Mukhalafatuhu Ta'ala Lil Hawadis
Tuhan bersifat mukhalafathuhu Ta'ala Lil Hawadis ertinya Tuhan berlainan dngan sekalian makhluk mustahil ia serupa dengan makhlukNya.

Qiyamuhu Binafsih
Tuhan adalah berdiri sendiri tidak memerlukan pertolongan orang lain. Kalau ia memerlukan pertolongan orang lain, maka Tuhan adalah lemah tidak sempurna dan tidak berhak menjadi Tuhan.

Wahdaniah
Tuhan bersifat Wahdaniah ertinya Tuhan Allah Maha Esa. Mustahil Ia berlebihan (banyak). Kalau Ia banyak tentu timbul perselisihan atau perbezaan faham antara mereka dan akan binasalah alam ini kerana yang satu membawa ke hilir dan yang lain membawa ke hulu.

Qudrat
Tuhan bersifat Qudrat ertinya kuasa, mustahil ia lemah (daif). Kalau Ia lemah tentu makhlukNya tidak akan terjadi dan kalau lemah maka itu bukan Tuhan.

Iradah
Tuhan bersifat Iradah ertinya sesuatu menurut kehendakNya mustahil Ia tidak menurut kehendakNya dan mustahil Ia dipaksa oleh kekuatan lain. Maka Ia bukan lagi Tuhan kerana Ia suatu yang lemah.

Ilmu
Tuhan bersifat ilmu ertinya berpengetahuan. Tuhan tahu seluruhnya yang telah dijadikanNya dan tahu yang akan dijadikanNya mustahil Ia tidak tahu kalau ia tidak tahu tentulah Ia tidak dapat mengatur alam ini.

Hayat
Tuhan bersifat dengan Hayat ertinya Hidup. Mustahil Ia mati. Kalau Ia mati nescaya akan binasalah alam ini kerana tiada yang mengemudikanNya lagi.

Sama'
Tuhan itu bersifat sama' ertinya mendengar. Mustahil adalah sifat kekurangan. tidak masuk akal kalau Tuhan mempunyai sifat kekurangan.

Bashar
Tuhan bersifat Bashar ertinya Melihat, mustahil Ia buta. Buta ialah sifat kekurangan. Kalau ia buta tentu kacau bilau segala macam urusan-Nya.

Kalam
Tuhan bersifat kalam ertinya berkata-kata. Mustahil Ia bisu. Kalau Tuhan bisu mustahil Ia dapat memerintah dengan baik. Tuhan mempunyai sifat berkata-kata. Sifat-sifat ini termasuk sifat Kalam adalah sifat-sifat Qadim yang berdiri atas zat Qadim iaitu zat Tuhan.

Kaunuhu Qadiran
Tuhan bersifat Kaunuhu Qadiran ertinya selalu dalam keadaan berkuasa. Mustahil Ia dalam keadaan lemah. Oleh kerana Tuhan mempunyai sifat Qudrat maka ia tetap selalu dalam keadaan berkuasa, tidak pernah berhenti sekejap mata pun.

Kaunuhu Muridan
Tuhan bersifat dengan Kaunuhu Muridan ertinya dalam keadaan Menghendaki. Mustahil Ia dalam keadaan tidak berkehendak.

Kaunuh 'Aaliman
Tuhan bersifat dengan Kaunuhu `Aaliman ertinya tetap selalu dalam keadaan mengetahui. Mustahil Ia dalam keadaan tidak mengetahuinya.

Kaunuhu Hayyan
Tuhan bersifat Kaunuhu Hayyan ertinyaTuhan tetap selalu dalam keadaan hidup. Mustahil Ia dalam keadaan mati. Oleh sebab Tuhan mempunyai sifat Hayat maka ia selalu dalam keadaan hidup.

Kaunuhu Sami'an
Tuhan tetap selalu dalam keadaan mendengar. Mustahil Ia dalam keadaan tuli. Oleh kerana Tuhan mempunyai sifat sami'an maka ia selalu dalam keadaan mendengar.

Kaunuhu Bashiran
Tuhan tetap selalu dalam keadaan melihat. Mustahil Ia dalam keadaan buta kerana Tuhan mempunyai sifat Bashar maka ia selalu dalam keadaan melihat.

Kaunuhu Mutakalliman
Tuhan bersifat Kaunuhu Muutakallimam ertinya Tuhan tetap selalu dalam keadaan berkata-kata. Mustahil Ia bisu. Oleh kerana Ia mempunyai sifat kalam, maka tetap selalu dalam keadaan berkata-kata.

Senin, 08 Februari 2010

IJAB KABUL

Ijab :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيْمِ....3
- اَشْهَدُ اَنْ لآاِلَهَ اِلاَّالله
وَ اَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
ُSAUDARA/ANANDA _________________ BIN________________
SAYA NIKAHKAN DAN SAYA KAWINKAN ENGKAU DENGAN _____________________YANG BERNAMA :_______________________
DENGAN MASKAWINNYA BERUPA : ______________________, TUNAI.

Qobul :
SAYA TERIMA NIKAHNYA DAN KAWINNYA
_______________ BINTI _______________
DENGAN MASKAWINNYA YANG TERSEBUT TUNAI.

KELUARGA SAKINAH

Strategi Membangun Keluarga Sakinah
Para Jama'ah yang saya mulyakan!.
Salah satu tugas pokok kita sebagai orang tua adalah menyelamatkan diri kita dan keluarga kita dari api neraka. Tugas ini ditegaskan di dalam Al-Qur'an Surat At-Tahriim : 6


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Yang ingin saya sampaikan pada pengajian kali ini adalah tentang tata cara untuk melaksanakan tugas tersebut, karena perintah Al-Qur'an tadi bersifat umum. Hal ini seperti halnya perintah shalat di dalam Al-Qur'an, sedangkan rincian tata cara shalat harus dilihat di dalam Hadits Rasulullah SAW. Bahkan Hadits pun kadang-kadang masih harus dirinci lagi melalui ijtihad (pandangan keilmuan) para ulama'. Jadi, Hadits berfungsi sebagai penjelas Al-Qur'an, sedangkan ulama' berfungsi untuk mempraktekkannya di dalam tekhnis pelaksanaan sehari-hari.

Sekarang kita bukan hanya mengalami kesulitan di dalam keluarga, karena faktor ekonomi dan sulitnya mencari biaya hidup, akan tetapi kita juga kesulitan karena pengaruh dari luar. Sekarang ini, pengaruh dari luar tidak hanya mengganggu, tapi sudah merusak dan menghancurkan. Oleh karena itu, cara kita dalam menyelamatkan keluarga juga harus dobel, yakni dobel dari dalam dan dobel dari luar.

Saya akan memulai membahas tentang tata cara menyelamatkan keluarga dari dalam. Seorang ahli hikmah yang bernama Imam Al-Ghozali RA menyatakan dalam atsar-nya (pendapat yang mu'tabar).



Perbaikilah dirimu, niscaya orang lain akan memperbaiki dirinya (perilakunya) kepadamu

Atsar ini bisa diartikan: Kalau kita ingin memperbaiki keluarga kita, maka kita (ayah dan ibu sebagai orang tua) yang harus memperbaiki dirinya terlebih dulu. Kita harus memperbaiki diri sendiri, sebelum memberi nasehat apapun kepada anak-anak kita. Ayah dan ibu harus memperbaiki diri secara bersama-sama. Seorang ayah biasanya mempunyai kelebihan dalam mengayomi dan mengatur anak, sedangkan ibu mempunyai kelebihan dalam mengembangkan nurani anak. Oleh karena itu, yang harus diperbaiki oleh seorang ayah adalah tauhidnya kepada Allah SWT. Cantolannya kepada Allah SWT ini harus diberesi, melalui ibadah, dzikir, amal ma'ruf nahy mungkar (memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran), mencari makanan yang halal dan melakukan tindakan yang halal. Dengan demikian, seorang ayah akan menjadi berwibawa, ndak dicelatu terus karo anake. Kalau semua ini sudah kita lakukan, maka Allah SWT akan memberikan fadhilah (keutamaan) kepada kita. Setelah itu, seorang ayah mulai keluar nur-nya di kalangan keluarga. Pada saat itu timbullah rasa segan anak kepada seorang ayah dan seorang istri kepada suaminya, namun suami juga tidak semena-mena kepada istrinya. Semua itu adalah buah dari pelaksanaan lima titik di atas.

Bersama dengan itu, seorang ibu hendaknya mengasah nuraninya, hatinya, dan feeling-nya melalui shalat dhuha dan shalat malam. Ingat!, tidak ada anak shalih terlahir dari ibu yang tidak shalat!. Ibaratnya, daun akan hijau kalau akarnya beres. Anak-anak kita ibarat daun-daun pohon, sedangkan ibu adalah akar dari pohon itu. Ketika akar sudah rusak, maka daun akan mulai menguning, layu dan jatuh. Shalat malam itu banyak macamnya, bisa shalat Ba'diyah Isya', Shalat Hajat, Shalat Tahajjud, dsb. Setelah shalat, ibu harus langsung mendo'akan anaknya satu persatu. Dari situlah, nanti akan tumbuh ruh junudun mujannadat, yaitu ruh ibu yang dulu pernah menjadi satu dengan anak, akan menjadi tersambung kembali. Dengan demikian, kalau seorang anak pergi jauh, dia akan ingat ayah dan ibunya. Sekarang ini, anak-anak kita sudah tidak lagi begitu. Adapun yang bisa menyambungkan ruh anak dan orang tua adalah seorang ibu, bukan anak. Imam Al-Ghozali RA menyarankan, setiap kali ada perpisahan antara anak dengan ayah-ibu – misalnya; pergi – , maka harus selalu dibarengi dengan bacaan Surat Al-Fatihah dari ayah dan ibu kepada anak. Surat Fatihah itu akan menjadi sebuah perlindungan bathin orang tua terhadap anak. Coba sekarang kita angan-angan. Pernahkah kita melakukan semua itu?. Karena kita tidak pernah melakukan semua itu, maka anak kita menjadi liar. Pikiran dan hatinya menjadi liar, karena tidak ada cantolannya kepada orang tua. Jangan lagi ketika anak berada di luar rumah; di dalam rumah saja, hati anak sudah ndak nyambung sama ayah-ibunya. Hal ini adalah berbahaya!.

Keterangan di atas adalah menyangkut perbaikan diri secara bathiniyah, yaitu apa yang harus dilakukan oleh ayah dan ibu dalam rangka mempraktekkan atsar Imam Al-Ghozali RA di atas. Jika sudah berhasi, maka tanpa marah pun, anak-anak akan sungkan kepada orang tuanya. Sungkan ini akan disertai dengan kecintaan dan kerinduan, ketika amal-amal bathin itu diterima oleh Allah SWT.

Karena tugas ayah itu dobel, maka selain berdo'a dan menjaga hubungan bathin, seorang ayah juga harus mencari kebutuhan hidup. Oleh karena itu, daya lekatnya terhadap anak tidak seperti ibu yang memang khusus memberesi masalah bathin anak. Jadi, seorang ayah yang tidak didukung oleh seorang ibu, akan mengalami kesulitan dalam mengendalikan hati anak-anaknya, karena ayah hanya bisa menjalankan separo tugas saja, sedangkan tugas yang separo lagi adalah mencari kebutuhan hidup keluarga. Adapun seorang ibu, ada yang seperti itu, namun tidak semuanya, sehingga konsentrasinya dalam mendidik anak lebih baik dari pada ayah.

Setelah itu, pelan-pelan, anak-anak didorong untuk melakukan hal yang sama. Namun prosedur ini jangan dibalik. Jangan sampai anaknya disuruh melakukan terlebih dulu, sedangkan orang tuanya belum melakukannya, karena nanti akan diguyu-guyu oleh anak. Adapun salah satu obat yang paling mujarab untuk menyatukan keluarga adalah mengadakan shalat berjama'ah di dalam keluarga. Shalat berjama'ah dalam keluarga sungguh luar biasa pengaruhnya. Yang begini-begini ini sudah tidak kita pikirkan, soale mikir regane lengo gas mundak terus, pikirane wis entek.

Suatu kegiatan (amaliah) keluarga, secara timbal balik akan mempengaruhi rezeki kita. Orang yang hatinya tenang, nyambot gawene juga nggak ngawur, sehingga rezeki yang masuk juga nggak ngawur. Akan tetapi kalau orang yang secara dzahiriyah, rezekinya sudah sangat rusak, maka hal itu bisa merusak bathiniyah keluarga. Hal ini dijelaskan oleh dawuh Nabi Muhammad SAW:



Kefakiran itu mendorong orang untuk menjadi kafir.
Kafir itu ada beberapa jenis, yaitu:
* Kafir dalam arti tidak percaya kepada Allah SWT. Ini adalah kafir yang paling buruk;
* Kafir ketika menerima pemberian Allah SWT. Kafir ini disebut dengan kafir nikmat;
* Kafir dalam arti tidak mau menjalankan perintah Allah SWT.
Kalau kita sudah menjalankan semua hal di atas, maka posisi kita sebagai orang tua sudah benar. Ingat, masih posisinya yang benar, belum gerakannya. Namun semua ini sudah bisa dijadikan modal untuk mencari kebutuhan dzahiriyah. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Jumu'ah : 10



Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Maksud Ayat di atas adalah; Kalau urusan dengan Allah SWT sudah engkau beresi, cepet-cepet engkau cari rezeki atau fadhal (anugerah) Allah SWT.

Kalau bisa, jangan sampai ada anak kita yang sudah dewasa, namun masih nggandol kepada kita. Mereka harus diajari mencari rezeki. Inilah letak perbedaan antara kita dengan orang cina. Orang cina itu sekalipun ayahnya kaya, namun anaknya tidak dimanja. Biasaya orang cina akan memerintahkan anaknya untuk bekerja sebagai kuli di perusahaan milik temannya, setelah paham, baru dibuatan pabrik sendiri. Oleh karena itu, kalau ada orang cina jualan kacang, maka pada saat dipegang oleh anaknya sudah menjadi pabrik kacang. Sedangkan kita, seandainya mempunyai tanah seluas 10 hektare dan mempunyai 10 anak, maka masing-masing anak akan kita beri 1 hektare. Selanjutnya pada saat cucu kita sudah dewasa, kita sudah ndak punya tanah, akhirnya menjadi makelar tanah.

Selama seseorang membutuhkan dunia, maka dia harus mencarinya. Kecuali kalau dia dipilih oleh Allah SWT, hatinya sudah tidak menginginkan dunia lagi; ganti Allah SWT yang akan mengantarkan harta duniawi kepadanya. Namun kalau kita tidak dipilih, ojok gaya, nanti justru akan melarat tenan. Apalagi posisi kerja pada Surat Al-Jumu'ah : 10 di atas, letaknya persis setelah ibadah fardhu.

Nah, itu tadi baru ngomong masalah yang pertama, yaitu bagaimana cara memberesi diri kita dan anak-anak kita. Sedangkan masalah kedua yang harus kita beresi adalah godaan dari luar. Saya mempunyai 6 orang anak, sedangkan saya ini harus wira-wiri ke sana ke mari, sehingga tidak bisa memikirkan anak-anak secara penuh. Akhirnya tugas itu menjadi bagian ibunya. Saya berpesan: "Wis ojok dadi reno-reno. Jadi pengurus anak-anak saja". Ibunya anak-anak ini mau ditarik jadi pengurus apalah, namun saya jawab: "Ora usah. Aku iki wis montang-manting, lek kowe melok montang-manting, umah iki dadi gerdu". Itupun di tengah perjalanan, saya tetap mengurus anak, meskipun tidak sekuat ibunya. Makanya, kalau ada apa-apa, anak-anak pergi ke ibunya, karena andil saya cuma separo, sedangkan andil ibunya itu penuh. Namun ada juga seorang ayah yang disuruh mengurusi anak terus, sedangkan ibunya ke salon terus. Bapake dikongkon utek-utek anake, sedangkan ibue ucul dengan jurusan permejengan di mana-mana. Kalau hal itu yang terjadi, maka kecenderungan anak akan mengarah kepada ayah, bukan kepada ibu. Masalah yang paling gawat adalah kalau ayah dan ibu bertentangan. Suami dan istri yang geger berarti mereka telah melakukan dua dosa sekaligus.

Sekarang saya akan bicara mengenai bahaya dalam keluarga. Bahaya itu bisa berasal dari dalam dan bisa juga dari luar. Contoh bahaya dari dalam adalah gegeran, lalu didelok anake. Jika hal itu sampai terjadi, maka habislah wibawa orang tua. Apalagi kalau ayah dan ibunya "kampanye" golek dukungan anake, yaitu anak dipengaruhi untuk ikut ibu atau ayahnya. Tindakan seperti itu bisa merusak psikologi anak. Oleh karena itu, dosa gegeran ayah dan ibu itu dobel, yakni dosa pertikaian dan dosa merusak psikologi anak sekaligus.

Sebenarnya, alasan kenapa saya ndak berani kawin lagi adalah karena takut terjadi hal seperti itu. Saya pernah bertemu dengan seorang Kyai di Banyuwangi yang mempunyai anak sebanyak 48 anak dari 5 orang ibu, sebenarnya Kyai itu istrinya 4 orang, namun yang satu gonta-ganti. Dia termasuk orang khusus yang diberi kelebihan oleh Allah SWT. Di Mojokerto juga ada orang yang mempunyai 4 orang istri dan tinggal dalam satu rumah. Kamare jejer-jejer, ibarat asrama. Bagaimana kondisi yang seperti ini bisa tenang?. Piye nalare?. Saya sendiri merasa heran, karena biasanya pertikaian paling gawat itu disebabkan suami yang berkeluarga lagi. Saya juga pernah dikirimi sms oleh AA Gym yang nikah lagi, namun digegeri orang-orang. "Kyai, tindakan saya ini 'kan tidak salah menurut agama. Namun kok orang-orang nggegeri saya". Saya jawab: "Itu menunjukkan kalau sampeyan belum Kyai. Belum mempunyai ilmunya, kok berani poligami, yo nubruk-nubruk". Dan lagi, para penggemar AA Gym umumnya adalah para ibu-ibu, bukan mbak-mbak. Karena mereka itu ibu-ibu, maka mereka solider terhadap istri AA Gym yang pertama. Umpama penggemarnya itu mbak-mbak yang berpotensi menjadi istri kedua, mungkin mereka akan mendukung.

Bahaya dari dalam yang kedua adalah faktor ingin saling menguasai di antara kedua orang tua. Mulane dalam menanggapai masalah gender ini, di dalam Al-Qur'an ada dua penjelasan. Di dalam lingkungan keluarga, Al-Qur'an tidak menggunakan istilah "persamaan gender", melainkan menggunakan istilah "keserasian gender". Serasi itu bukan berarti sama. Serasi itu bermakna saling mengisi; kelebihannya diberikan kepada yang lain, dan kelebihan orang lain masuk ke dalam dirinya. Oleh karena itu, di dalam Surat Al-Baqarah :
Hunna libasun lakum
Engkau pakaiannya wanita dan wanita pakaiannya laki-laki.
Kemudian Ayat ini dipertegas lagi oleh Surat :
Faddhalallahu badhahum 'ala ba'dhin.
Allah SWT memberi kelebihan pada kaum laki-laki maupun kaum wanita. Masing-masing laki-laki dan wanita mempunyai kelebihan masing-masing, hanya letaknya saja yang berebda. Keserasian itu tercipta, misalnya; ketegasan laki-laki dimasuki oleh ketelitian perempuan; Rasio laki-laki dibarengi nurani perempuan. dsb. Inilah yang dimaksud dengan Ayat di atas. Pakaian itu bukan hanya kain, akan tetapi juga sifat-sifat laki-laki dan perempuan yang saling mengisi sejak zaman azali dari Lauh Mahfudz. Jadi, wong lanang itu nggak usah belajar nyulam, nanti suwek kabeh kaine, karena menyulam itu pekerjaan wanita. Wanita juga jangan mbecak, karena itu pekerjaan laki-laki-laki. Wanita harus bersikap lembut, sedangkan laki-laki harus bersikap gagah. Di mana letak kekuatan wanita? Yaitu pada kelembutannya, sehingga menimbulkan rasa laki-laki untuk melindunginya, dan perlindungan itulah yang membuat wanita aman dan kuat. Sifat-sifat yang berbeda itu harus disinergikan.

Jangan sekali-kali mengibarkan bendera persamaan gender di dalam keluarga, karena nanti justru akan membuat keluarga retak dan kering. Orang-orang yang ngomong gender itu biasanya rumah tangga mereka tidak bahagia. Karena alasan ini dan itu, akhirnya membuat mereka sakit hati. Namun, kalau di luar lingkungan keluarga, misalnya dalam karier, kepinteran, pangkat, kapasitas, dan kualitas, silahkan mengusung bendera persamaan gender. Sak iki akeh wong wedok sing luwih juara timbang wong lanang. Misalnya juara-juara sekolah saat ini kebanyakan adalah wanita. Jadi, siapa yang berprestasi, maka dia berada di depan. Namun semua itu di dalam bidang sosial, bukan di bidang shalat. Karena jika wanita shalat di depan, maka akan mengganggu kekhusuan shalat. Lek wong wedok dadi imam, wong-wong rebutan nggolek panggonanan persis ndek mburine imam. Lalu ngenteni lek imam rukuk, ndeke iso nyundul. Semua itu justru akan membuat kacau, namun ngono-ngono itu nggak dipikir. Di antara mereka ada yang protes, kenapa wanita kok ndak boleh jadi imam? kenapa kok bagian waris wanita cuma separo?, kenapa kok laki-laki kalau kencing cukup disiram saja, sedangkan kalau wanita harus dibasuh bersih?. Semua itu ada sebabnya. Ojok diilokno!. Kesimpulannya, untuk di lingkungan sosial menggunakan istilah persamaan gender (musawah), sedangkan kalau di lingkungan keluarga menggunakan istilah keserasian gender (tawazun).

Yang juga termasuk bahaya dari dalam adalah kekurangan rezeki. Keluarga bisa berantakan karena kekurangan rezeki. Misalnya; korban lumpur di Sidoarjo. Anak-anak mulai berani kepada orang tuanya karena tidak disangoni. Hal itu karena mereka semua nganggur, rumahnya tenggelam, pekerjaannya hilang, dan mereka harus tidur di pasar tanpa ada sekat antara satu keluarga dengan keluarga yang lain. Kemudian muncullah bencana sosial di sana. Mulane, lek njalok nang Pengeran iku, njalok selamet lan rezeki kang barokah (halalan thayyiban). Orang yang sangat kekurangan ekonominya akan mengakibatkan kerusakan dalam keluarga. Oleh karena itu, harus ada do'a dan kerja sekaligus.

Saya dapat titipan dari ulama' sepuh, Para Jama'ah yang mempunyai sebidang tanah yang masih longgar, baik di depan maupun di belakang rumah, hendaknya tanah itu ditanami dengan tanaman yang produktif dan bisa dimakan, misalnya; ubi-ubian (polo pendem). Saya sendiri tidak tahu alasannya, karena para Kyai itu biasanya ndak mau terus terang. Kyai itu hanya berkata: "Jogo-jogo lek wong-wong nggak kuat tuku beras". Saya bertanya: "Kok saget ngoten, Kyai". Lalu dijawab; "Ojok takon terus". Setelah saya pikir-pikir, sekarang impor beras masih berjalan terus, sedangkan Negara-negara pengimpor beras – misalnya; Vietnam – sekarang sedang mengalami kekeringan dan menurunnya hasil panen. Ada kemungkinan nanti tidak bisa impor beras karena sing dituku nggak onok. Mudah-mudahan hal itu tidak terjadi, tapi bagaimana kalau benar-benar terjadi?. Apalagi satu hektare tanah yang kalau ditanami padi hanya menghasilkan produksi 6 ton, namun kalau ditanami polo pendem bisa menghasilkan 60 ton, dan itu sudah cukup buat makan selama satu tahun.

Adapun sangguan dari luar terhadap keluarga itu ada dua macam, yaitu:
Gangguan hati. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Naas : 4-6



Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. Dari (golongan) jin & manusia.

Gangguan akhlaq. Misalnya; Pergaulan, seks bebas, narkoba, ora sembahyang, lek ndelok pertunjukan musik, tingakahe nggak karu-karuan, trek-trekan, dsb.

Anak-anak kita harus kita peringatkan secara dzahir dan bathin. Secara bathin dengan cara-cara yang saya sebutkan di atas, sedangkan secara dzahir melalui peringatan kepada anak. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah SWT dalam Surat :
Jadi, fafirru ilallah itu bukan hanya dzikir saja, namun juga melaksanakan perintah Allah SWT yang lainnya.

Hari ini, yang rusak di Negeri ini bukan hanya ekonomi, politik, maupun pendidikan saja, namun pikiran manusianya yang sudah rusak. Misalnya; Ada anggota DPR ngeluruk nang Jakarta ngurus rapelane dhewe. Mereka itu dijadikan anggota DPR agar mengurusi rakyat, la kok ngurusi awake dhewe. Iki jenenge wong strep. Namun, mereka masih rumongsho bener. Sifat rumongsho bener itulah penyakitnya. Ketika yang sakit adalah pikiran manusia, maka ora ono sing iso dandani kejobo atas idzin Allah SWT. Ndandani masalah ekonomi iso dirunding bareng, namun kalau untuk memperbaiki pikiran manusia, apakah kepalanya yang harus dibor?.

Demikianlah peringatan dari Imam Al-Ghozali RA dalam rangka melaksanakan perintah Allah SWT dalam Surat At-Tahriim : 6 di atas. Tangan kita sudah berat untuk menjangkau masyarakat, oleh karena itu mari kita beresi keluarga masing-masing. Anak kita nggak boleh ada yang nganggur, mereka harus mempunyai pekerjaan masing-masing. Mudah-mudahan ilmu anak-anak kita bermanfaat dan jangan sampai ilmu mereka mubadzir apalagi bisa membahayakan. Namun semua ini juga tergantung kepada orang tua. Karir anak itu separo menjadi milik anak itu sendiri, sedangkan yang separo lagi mergo do'anya wong tuwo. Kalau wong tuwo nggak dungakno anak, sedangkan sang anak nggak sembahyang, maka anak itu akan menjadi kosong. Di dalam Al-Qur'an, anak itu terkategorikan menjadi beberapa macam, yaitu:

* Anak sing dadi pepaes (ziinatun). Misalnya; Anak yang mempunyai pangkat atau kepinteran. Mereka itu akan menjadi hiasan, namun perhiasan di dunia saja, sedangkan akhiratnya masih belum jelas.
* Anak yang menjadi fitnah (fitnatun lakum).
* Anak yang menjdi musuh orang tua ('aduwwun lakum). Mereka memusuhi orang tua bisa jadi karena aqidahnya yang tidak sama. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan di mana anak kita belajar agama. Bisa jadi, setelah dia pulang ngaji, dia akan mengharamkan tahlil, ziarah kubur, dsb. Mbiyen sing ngono iku Muhammadiyah, tapi sekarang orang Muhammadiyah sudah melok Tahlil, sedangkan anak-anak NU akeh sing melok tarawih 11 roka'at, golek kortingan 60%. Namun sekarang ada gelombang baru yang suka mempersoalkan semua itu lagi. Misalnya; Tahlil dan Muludan nggak oleh. Mereka itu ojok direken. Tapi bagaimana dengan anak kita?. Ada juga anak yang menjadi musuh orang tuanya kaena karena merasa kepentingannya dipenggal.

* Anak yang paling bagus adalah anak yang qurratu a'yunin. Jika kita mempunyai anak golongan terakhir ini, maka kalau kita meninggal dunia nanti, kita aan disuwuri do'a oleh mereka.

Kalau kita ingin memperpanjang amal kita, maka perpanjanglah melalui anak kita. Amal kita akan habis pada waktu kita meninggal dunia, namun anak kita bisa melanjutkannya. Mereka bisa mengirim do'a dan sebagainya.

Mugi-mugi Para Jama'ah sekalian diiparingi selamet, rezeki sing berkah, Bapak-bapak diparingi kemampuan muhasabah (instropeksi diri), Ibu-ibu diparingi kemampuan melakukan shalat Dhuha dan Tahajjud, mugi-mugi putra-putri kita menjadi anak yang shalih-shalihah, sehingga keluarga kita namanya keluarga sakinah. Amiin.

By: Rosyidin and Zainul